Sabtu, 17 Maret 2012

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT DENGAN HASIL BELAJAR


HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2
KECAMATAN BUAY PEMUKA PELIUNG

A.           Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam kemajuan dan masa depan bangsa, tanpa pendidikan yang baik mustahil suatu bangsa akan maju. Berhasil atau tidaknya suatu pendidikan dalam suatu negara salah satunya adalah karena guru. Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan dan kemajuan anak didiknya. Dari sinilah guru dituntut untuk dapat menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya. Djamarah (2006:46) mengatakan bahwa untuk dapat mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan, guru harus pandai memilih metode serta media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan anak didik, supaya anak didik merasa senang dalam proses belajar mengajar berlangsung.
Media pembelajaran terus mengalami perkembangan seiring dengan berkembangnya dunia informasi dan teknologi. Ahmadi (2010:36) mengatakan bahwa teknologi baru terutama multimedia mempunyai peranan semakin penting dalam proses pembelajaran. Banyak orang percaya bahwa multimedia akan dapat membawa kepada situasi belajar dimana learning with effort akan dapat digantikan dengan learning with fun. Jadi proses pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, tidak membosankan akan menjadi pilihan tepat bagi para guru.
Sistem pembelajaran yang selama ini dilakukan yaitu sistem pembelajaran faculty teaching kental dengan suasana instruksional dan dirasa kurang sesuai dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Lebih dari itu kewajiban pendidikan dituntut untuk memasukkan nilai-nilai moral, budi pekerti luhur, kreatifitas, kemandirian dan kepemimpinan, yang sangat sulit dilakukan dalam sistem pembelajaran yang konvensional. Mustofa (2011:16) mengatakan sistem pembelajaran konvensional kurang fleksibel dalam mengakomodasi perkembangan materi kompetensi karena guru harus intensif menyesuaikan materi pelajaran dengan perkembangan teknologi terbaru. Oleh karena itu kurang bijaksana jika perkembangan teknologi jauh lebih cepat dibanding dengan kemampuan guru dalam menyesuaikan materi kompetensi dengan perkembangan tersebut, sehingga dapat dipastikan lulusan akan kurang memiliki penguasaan pengetahuan atau teknologi terbaru.
Pada kenyataannya bahwa saat ini Indonesia memasuki era informasi yaitu suatu era yang ditandai dengan makin banyaknya medium informasi, tersebarnya informasi yang makin meluas dan seketika, serta informasi dalam berbagai bentuk yang bervariasi tersaji dalam waktu yang cepat. Penyajian pesan pada era informasi ini akan selalu menggunakan media, baik elektronik maupun non elektronik. Terkait dengan kehadiran media, Dimyati (2006:247) menjelaskan bahwa suatu media yang terorganisasi secara rapi mempengaruhi secara sistematis lembaga-lembaga pendidikan seperti lembaga keluarga, agama, sekolah, dan pramuka. Uraian tesebut menunjukkan bahwa kehadiran media telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan, termasuk sistem pendidikan, meskipun dalam derajat yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Sudjana (2006:22) mengatakan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar merupakan tujuan yang dirumuskan sebelum proses belajar mengajar dilaksanakan. Pada umumnya hasil belajar meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil belajar yang akan diperoleh siswa setelah menempuh belajarnya atau proses belajar mengajar.
Thabroni (2011:22) mengatakan hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi serta keterampilan. Hasil belajar merupakan pengalaman yang diperoleh siswa selama belajar sehingga akan menghasilakan nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi serta keterampilan tertentu setelah menyelesaikan belajarnya.
Proses belajar mengajar dan hasil belajar saling berhubungan, karena dalam kegiatan belajar mengajar terdapat tujuan yang akan dicapai. Siswa yang sebelunya tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti setelah belajar. Hamalik (2006:30) mengatakan hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Hasil belajar seseorang ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor dari luar individu yang mempengaruhi hasil belajar adalah tersedianya media pembelajaran yang memberi kemudahan bagi individu untuk mempelajari materi pembelajaran, sehingga menghasilkan belajar yang lebih baik. Djamarah (2008:213) mengatakan media adalah segala bentuk serta saluran untuk menyampaikan pesan maupun informasi. Selain pendapat tersebut, Sumiati (2008:126) mengatakan pengertian media AECT mengandung pengertian medium atau mediator, yaitu mengatur hubungan efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar, siswa serta isi pelajaran.
Arsyad (2011:6) mengatakan ”media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi, menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap”. Jadi menurut pengertian ini, guru, teman sebaya, buku teks, lingkungan sekolah maupun luar sekolah, bagi seorang siswa merupakan media.
Peranan media dalam proses belajar mengajar menurut Gerlac dan Ely (dikutip Sadiman, 2008:285) adalah sebagai berikut:
1)        Media memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian,
2)        Media memiliki kemampuan untuk menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan.
3)        Media mempunyai kemampuan utuk menampilkan sesuatu objek atau kejadian yang mengandung makna.

Selain pendapat tersebut, Ibrahim (2008:12) mengemukakan fungsi atau peranan media dalam proses belajar mengajar antara lain:
1)      Dapat menghindari terjadinya verbalisme.
2)      Membangkitkan minat atau motivasi.
3)      Menarik perhatian.
4)      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran,.
5)      Mengaktifkan siswa dalam belajar.
6)      Mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.

Dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran agar efektif dan fungsional, maka fungsi media pembelajaran sangat penting untuk dimanfaatkan. Pemakaian media dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk mempertinggi daya cerna siswa terhadap informasi atau materi pembelajaran yang diberikan.
Pemanfaatan media pembelajaran terkait dengan pembelajaran kompetensi melaksanakan prosedur pengelasan, pematrian, pemotongan dengan panas, telah dilaksanakan di sekolah-sekolah yang telah memiliki beberapa media pembelajaran, baik yang diperoleh dari pemerintah, dibeli sendiri oleh sekolah, maupun yang dibuat sendiri oleh guru. Demikian pula yang terjadi pada SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung.
Salah satu bentuk media pembelajaran yang digunakan di SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung adalah Microsoft Office Power Point. Kumala (2004:71) mengatakan Microsoft Power Point merupakan salah satu aplikasi milik Microsoft disamping Microsoft Word dan Microsoft Exel yang telah di kenal banyak orang. Ketiga aplikasi ini lazim disebut Microsoft Office. Pada dasarnya, aplikasi Microsoft Power Point berfungsi untuk membantu user dalam menyajikan persentasi.
Microsoft Office Power Point adalah salah satu jenis program yang tergabung dalam Microsoft Office Power Point sebagai program aplikasi yang dirancang khusus untuk menampilkan program multimedia. Hal ini sebagaimana dikemukakan Riyana (2008:102) sebagai berikut:
Program Power Point merupakan salah satu software yang dirancang secara khusus untuk mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relative murah karena tidak membutuhkan bahan baku selain alat untuk penyimpanan data (data storage)

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Power Point merupakan software yang mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan serta penggunaannya relatif murah. Power Point memiliki kemampuan untuk menggabungkan berbagai unsur media seperti pengolahan teks, warna, gambar, grafik serta animasi.
Aplikasi Power Point menyediakan fasilitas slide untuk menampung pokok-pokok pembicaraan yang akan disampaikan pada peserta didik. Dengan fasilitas animasi, suatu slide dapat dimodifikasi dengan menarik. Begitu juga dengan adanya fasilitas front picture, sound dan effect dapat dipakai untuk membuat suatu slide yang bagus. Bila produk slide ini disajikan, maka para pendengar dapat ditarik perhatiannya untuk menerima apa yang disampaikan kepada peserta didik.
Media pembelajaran sangat menentukan dalam setiap pembelajaran tidak terkecuali pada mata pelajaran IPS Terpadu di tingkat Sekolah Menengah Pertama. Al-Muctar (2008:274) mengatakan pendidikan IPS adalah penyederhanaan dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang diorganisir, disajikan secara ilmiah atau psikologis untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam perkembangan konsep pembelajaran IPS, rumusan Al-Muchtar dianggap sebagai rumusan yang pertama kali dikembangkan dalam forum nasional organisasi profesi dalam kaitannya dengan usaha meningkatkan kualitas pembelajaran IPS.
Melalui penggunaan media Microsoft Office Power Point diharapkan pembelajaran akan lebih menarik bagi siswa sehingga dapat meningkatkan minat, perhatian, motivasi serta hasil belajar siswa. Media Microsoft Office Power Point sangat efektif diterapkan dalam pembelajaran ilmu-ilmu sosial termasuk IPS Terpadu pada tingkat Sekolah Menengah Pertama sebagaimana di SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung. Hal tersebut karena media Microsoft Office Power Point dapat menghilangkan sifat abstrak dan verbalis materi ilmu-ilmu sosial.
Berdasarkan penjelasan tersebut perlu diadakan penelitian lebih lanjut terkait hubungan penggunaan media pembelajaran khususnya Microsoft Office Power Point dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa. Oleh karena itu dirumuskan judul penelitian “Hubungan Penggunaan Media Power Point dengan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Kecamatan Buay Pemuka Peliung”.


B.            Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu dan dana dalam penelitian ini, maka penulis membatasi masalah pada hubungan penggunaan media Power Point dengan hasil belajar IPS Terpadu. Populasi dalam penelitian ini dibatasi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung.

C.           Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara penggunaan media Power Point dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung?”. Secara lebih khusus permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1.        Bagaimana penggunaan media Power Point dalam pembelajaran IPS Terpadu di kelas VIII SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung?
2.        Bagaimana hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung?
3.        Bagaimana hubungan antara penggunaan media Power Point dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung?

D.           Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui hubungan antara penggunaan media Power Point dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung. Selanjutnya tujuan tersebut dijabarkan secara khusus sesuai dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1.        Mendeskripsikan penggunaan media Power Point dalam pembelajaran IPS Terpadu di kelas VIII SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung.
2.        Mengetahui hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung.
3.        Mengetahui hubungan antara penggunaan media Power Point dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung.

E.            Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung terutama dalam pengembangan pendidikan. Secara lebih khusus penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.        Bagi Guru
1)        Memberikan wawasan kepada guru dalam mengembangkan media pembelajaran yang dapat digunakan dalam melaksanakan tugas mengajarnya.
2)        Memberikan kontribusi positif kepada guru agar dapat meningkatkan kualitas pengajarannya dengan memanfaatkan media Power Point sehingga proses pembelajaran akan berjalan dengan efektif dan efisien.

2.        Bagi Sekolah
1)        Memberikan masukan kepada SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung  dalam meningkatkan hasil belajar siswa-siswanya khususnya dalam pembelajaran IPS Terpadu melalui penggunaan media Power Point.
2)        Sebagai bahan koreksi terhadap pelaksanaan pembelajaran IPS Terpadu yang dilaksanakan.
3.        Bagi Siswa
1)        Menambah wawasan belajar siswa terutama dalam meningkatkan hasil belajar melalui penggunaan media Power Point.
2)        Memberikan wawasan terhadap tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran.
4.        Bagi Peneliti
1)        Sebagai modal awal pengembangan khasanah penelitian dan sebagai modal dasar guna penelitian lebih lanjut.
2)        Untuk mengembangkan ilmu yang diperoleh sebagai alternatif pelaksanaan salah satu Tri Darma Perguruan yaitu penelitian.
3)        Untuk menambah, memperdalam dan memperluas wawasaan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan penggunaan media Power Point dalam pembelajaran IPS terpadu.



5.        Bagi Lembaga STKIP Nurul Huda Sukaraja
1)        Sebagai barometer interdisipliner keilmuan dan kualitas mahasiswa dalam bidang pendidikan.
2)        Untuk menambah perbendaharaan pustaka kampus

F.            Kajian Pustaka
1.      Pengertian Media Pembelajaran
Media merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran. Daryanto (2011:4) mengatakan kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima. Media merupakan salah satu komponen komunikasi yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan.
Sadiman (2005:6) mengatakan media berasal dari bahasa latin dan merupakan jamak dari kata medoe yang berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media merupakan sarana komunikasi tidak langsung yang digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan, maupun informasi dari seseorang kepada orang lain. Dalam pembelajaran media merupakan sarana yang dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan bahan pelajaran kepada seluruh siswa.
Arsyad (2011:3) mengatakan media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab media berasal dari kata wasaail yang berarti pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesa. Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks serta lingkungan sekolah merupakan media belajar.
Secara lebih khusus Arsyad (2011:3) mengatakan media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Media pembelajaran merupakan pengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar yaitu siswa dan isi pelajaran.
Sanjaya (2010:204) mengatakan media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan seperti radio, televise, buku, koran, majalah, komputer dan lain sebagainya. Selain alat-alat tersebut orang dan bahan serta peralatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, kterampilan dan sikap juga disebut sebagai media pembelajaran.
Selain pendapat tersebut, Djamarah (2010:120) mengatakan media adalah sumber belajar sehingga secara luas media pembelajaran dapat diartikan dengan manusia, benda ataupun peristiwa yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan serta keterampilan. Media merupakan alat bantu yang dapat berupa apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Secara lebih spesifik Sadiman (2005:19) menjelaskan sebagai berikut:
Media pelajaran adalah perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan peralatan. Peralatan atau perangkat keras (hardware) merupakan sarana untuk dapat mengumpulkan pesan yang terkandung dalam media tersebut.

Berdasarkan penjelasan tentang pengertian media pembelajaran dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau materi yang mengandung tujuan instruksional kepada penerima pesan dalam pembelajaran. media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong keberhasilan proses belajar.
2.      Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan media yang digunakan dalam pembelajaran. penggunaan media pembelajaran dapat memberikan rangsangan kepada siswa dalam proses belajar, sehingga dapat mempertinggi kualitas belajar mengajar dan dapat mempertinggi hasil belajar siswa. hal ini sebagaimana dijelaskan Sudjana (2005:2) bahwa media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.
Riyana (2008:10) mengatakan bahwa media pembelajaran memiliki nilai dan manfaat sebagai berikut:
1)      Membuat konkrit konsep-konsep yang abstrak
2)      Menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat kedalam lingkungan belajar.
3)      Menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil.
4)      Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat.

Konsep-konsep yang sulit dijelaskan secara langsung seperti peredaran darah, bentuk transaksi dan lain sebagainya dapat disederhanakan dengan menggunakan media gambar atau bagan. Objek yang terlalu besar dapat digantikan oleh gambar, foto, dan model, sedangkan objek yang terlalu kecil dapat disajikan dengan menggunakan mikroskop dan lainnya. Peristiwa yang terjadi pada masa lalu dapat ditampilkan melalui rekapan video, sedangkan peristiwa alam seperti letusan gunung berapi dapat disajikan dalam bentuk simulasi komputer.
Thobroni (2011:213) mengatakan media pembelajaran dapat bermanfaat dalam proses belajar mengajar yaitu media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan, menarik perhatian siswa, meningkatkan hasil belajar, mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu serta memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa. Selain itu, media pembelajaran dapat membangkitkan motivasi, minat belajar, pemahaman siswa, menyajikan data dengan menarik, memudahkan penafsiran data serta memadatkan informasi.
Djamarah (2010:121) mengklasifikasikan manfaat media pembelajaran menjadi dua yaitu media sebagai alat bantu dan media sebagai sumber belajar.
a.       Media sebagai Alat Bantu
Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, karena meang gurulah yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan guru kepada siswa. guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh setiap anak didik terutama bahan pelajaran yang rumit dan cukup kompleks seperti dalam pembelajaran IPS Terpadu.
Berkaitan dengan manfaat media sebagai alat bantu, Djamarah (2010:121) menjelaskan sebagai berikut:
Setiap materi pelajaran memiiki tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada bahan pelajaran yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi di lain pihak ada bahan pelajaran yang sangat memerlukan alat bantu berupa media pembelajaran seperti globe, grafik, gambar, slide presentasi dan lain sebagainya. Bahan pelajaran dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar diproses oleh siswa apalagi bagi siswa yang kurang menyukai bahan pelajaran yang disampaikan tersebut.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran digunakan untuk melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Hal tersebut dilandasi dengan keyakinan bahwa prose belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik dalam tenggang waktu cukup lama. Oleh karenanya media disebut sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, sedangkan guru yang mempergunakannya untuk membelajarkan siswa demi tercapainya tujuan pengajaran.
b.      Media sebagai Sumber Belajar
Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap siswa. nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya tetapi terambil dari berbagai sumber. Sumber belajar yang sesungguhnya banyak sekali terdapat dimana-mana. Djamarah (2010:122) membagi sumber belajar menjadi lima kategori yaitu manusia, buku, media massa, alam ligkungan serta media pendidikan. Oleh karena itu sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang.
Berdasarkan penjelasan tersebut media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru memperkaya wawasan siswa. Aneka macam bentuk dan jenis media pendidikan yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi siswa. Guru dalam menerangkan suatu benda dapat membawa bendanya secara langsung ke hadapan siswa di depan kelas. Apabila hal tersebut tidak dimungkinkan, guru dapat membuat sketsa dari benda tersebut sebagai sumber belajar.
3.      Jenis-jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan komponen instruksional meliputi pesan, orang, maupun peralatan. Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam dunia pendidikan misalnya teori atau konsep baru serta teknologi, media pembelajaran terus mengalami perkembangan, tampil dalam berbagai jenis, dengan masing-masing ciri serta kemampuannya sendiri. Dari sinilah kemudian timbul usaha-usaha untuk melakukan klasifikasi atau pengelompokan media, mengarah kepada pembuatan taksonomi media pendidikan atau pembelajaran di sekolah.
Usaha-usaha ke arah taksonomi media tersebut telah dilakukan oleh beberapa ahli. Rudy Bretz (dalam Sumiati, 2008:128) mengklasifikasikan media berdasarkan unsur pokoknya yaitu suara, visual berupa gambar, garis, simbol, maupun gerak. Media menurut taksonomi Bretz dikelompokkan menjasi 8 kategori yaitu Media audio visual gerak, media audio visual diam, media audio semi gerak, media visual gerak, media visual diam, media semi gerak, media audio, dan  media cetak.
Pengelompokan menurut tingkat kerumitan perangkat media, khususnya media audio-visual, dilakukan oleh C.J Duncan, dengan menyusun suatu hirarki. Dari hirarki Duncan, Sumiati (2008:131) mengatakan semakin tinggi tingkat hirarki suatu media, semakin rendah satuan biaya serta semakin khusus sifat penggunaannya. Namun demikian, kemudahan serta keluwesan penggunaannya semakin bertambah. Begitu juga sebaliknya, jika suatu media berada pada hirarki paling rendah.
Schramm (dalam Sadiman, 2005:62) mengatakan ada dua kelompok media yaitu big media atau media rumit dan little media yaitu media sederhana serta murah. Lebih jauh lagi ahli ini menyebutkan ada media massal, media kelompok, media individu, didasarkan atas daya liput media.
Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka media pembelajaran pun mengalami perkembangan melalui pemanfaatan teknologi itu sendiri. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, Arsyad (2011:19) mengklasifikasikan media atas empat kelompok yaitu media hasil teknologi cetak, media hasil teknologi audio-visual, media hasil teknologi berbasis computer, dan media hasil gabungan teknologi cetak serta komputer.
Seels dan Glasgow (dalam Arsyad, 2011:19) membagi media ke dalam dua kelompok besar, yaitu media tradisional serta media teknologi mutakhir. Lebih lanjut Arsyad, (2011:21) menjelaskan sebagai berikut:
Pilihan media tradisional berupa media visual diam tidak diproyeksikan dan yang diproyeksikan, audio, penyajian multimedia, visual dinamis yang diproyeksikan, media cetak, permainan, dan media realia. Sedangkan pilihan media teknologi mutakhir berupa media berbasis telekomunikasi seperti teleconference dan media berbasis mikroprosesor seperti permainan komputer dan hypermedia.

Beberapa pengelompokkan media dikemukakan tersebut, hingga saat ini belum terdapat suatu kesepakatan tentang klasifikasi atau sistem taksonomi media baku. Dengan kata lain, belum ada taksonomi media berlaku umum serta mencakup segala aspeknya, terutama untuk suatu sistem instruksional.
4.      Pengertian Power Point
Power Point merupakan salah satu program dalam Microsoft Affice. Microsoft Office Power Point adalah salah satu jenis program yang tergabung dalam Microsoft office. Microsoft Office Power Point merupakan program aplikasi yang dirancang secara khusus untuk menampilkan program multimedia. Hal ini sebagaimana dikemukakan Riyana (2008:102) sebagai berikut:
Program Microsoft Office Power Point adalah salah satu software yang dirancang khusus untuk mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relative murah karena tidak membutuhkan bahan baku selain alat untuk menyimpan data.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Microsoft Office Power Point adalah perangkat lunak yang mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan, penggunaan serta relatif murah. Riyana (2008:102) mengatakan  Microsoft Office Power Point memiliki kemampuan untuk menggabungkan berbagai unsure media seperti pengolahan teks, warna, gambar, grafik, serta animasi. Terdapat tiga tipe penggunaan Microsoft Office Power Point yaitu personal presentation, stand alone dan web besed.
Pada umumnya Microsoft Office Power Point digunakan untuk presentasi dalam classical learning, karena Microsoft Office Power Point merupakan program aplikasi yang digunakan untuk kepentingan presentasi. Berdasarkan pola penyajian yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa Microsoft Office Power Point yang digunakan untuk presentasi dalam classical learning disebut personal presentation. Microsoft Office Power Point pada pola penyajian ini digunakan sebagai alat bantu bagi guru untuk menyampaikan materi dan kontrol pembelajaran terletak pada guru.
Riyana (2008:103) mengatakan prosedur pengembangan media menggunakan Microsoft Office Power Point dilakukan melalui empat tahap yaitu identifikasi program, mengumpulkan bahan pendukung, proses pembuatan di Microsoft Office Power Point dan penggunaan program tersebut yang sebelumnya telah dilakukan reviw program. Identifikasi program dimaksudkan untuk melihat kesesuaian antara program yang dibuat dengan materi, sasaran dan sumber pendukung seperti animasi, gambar, video dan sebagainya. Mengumpulkan bahan pendukung dapat dilakukan dengan cara memproduksi sendiri bahan-bahan yang diperlukan dan dapat dilakukan dengan cara browsing. Setelah bahan terkumpul selanjutnya proses pengerjaan di Microsoft Office Power Point sampai selesai.
Setiap sekolah memiliki fasilitas berbeda. Ketersedian media yang dapat menunjang proses belajar mengajar antara sekolah yang satu dengan sekolah lain berbeda. Keterbatasan akan media tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sulitnya memperoleh media yang sesuai dengan materi yang sedang diajarkan kepada siswa, keterbatasan dana, cepat rusak, kurang dukungan dari pimpinan dan lain sebagainya.
Keterbatasan akan adanya media seperti perangkat presentasi yang diperlukan sebagai alat yang mampu menampilkan informasi yang terdapat pada Microsoft Office Power Point dapat diatasi dengan menggunakan pola penyajian stand alone. Daryanto (2006:31) mengatakan stand alone adalah pola penyajian Microsoft Office Power Point yang dirancang khusus untuk pembelajaran individual yang bersifat interaktif. Setiap siswa dapat mempelajari materi pelajaran secara individual. Siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuannya sehingga penggunaan Microsoft Office Power Point dengan pola penyajian stand alone diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
5.      Pengertian Hasil Belajar
Proses belajar mengajar dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yang telah dirumuskan. Pada umumnya hasil belajar meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil belajar yang akan diperoleh siswa setelah menempuh pengalaman belajarnya atau proses belajar mengajar. Sudjana (2006:22) mengatakan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Proses belajar mengajar dan hasil belajar saling berhubungan karena dalam kegiatan belajar mengajar terdapat tujuan yang akan dicapai. Siswa yang sebelumnya tidak tahun menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti setelah belajar. Hamalik (2006:30) mengatakan hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Thobroni (2011:19) mengatakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi tertentu. Slameto (2010:2) mengatakan belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali sifat maupun jenisnya. Oleh karena itu, sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.
Poerwanto (2009:28) mengatakan hasil belajar adalah prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport. Hasil belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Sedangkan Nasution (2010:17) menjelaskan pengertian hasil belajar sebagai berikut:
Hasil belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Hasil belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan hasil kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.

Thobroni (2011:22) mengatakan hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Djamarah (2008:45) mengatakan bahwa hasil belajar adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan keuletan, sungguh-sungguh, kemauan yang tinggi dan rasa optimisme dirilah yang mampu untuk mancapainya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Hasil belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan prestasi yang  diperoleh setelah melakukan suatu kegiatan yang dimana akan menimbulkan suatu perubahan-perubahan pada diri individu.
6.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Belajar sebagai proses atau aktivitas disyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sangat beragam. Suryabrata (2010:233) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibagi dua yaitu faktor yang berasal dari luar diri pelajar yang meliputi faktor nonsosial dan faktor sosial, serta faktor yang berasal dari dalam diri pelajar yaitu faktor fisiologis dan psikologis.
a.         Faktor Nonsosial dalam Belajar
Lingkungan alami merupakan lingkungan fisik di sekitar anak berupa berbagai fenomena alam maupun keadaan lingkungan tempat anak hidup. Lingkungan alami akan membawa dampak besar terhadap hasil belajar anak. Apabila kondisi lingkungan mendukung proses belajar anak maka dapat dipastikan hasil belajar anak akan maksimal.
Suryabrata (2010:233) mengatakan bahwa kelompok faktor nonsosial meliputi keadaan udara, suhu udara, cuaca, eaktu, tempat, dan alat-alat yang digunakan untuk belajar. Semua faktor tersebut harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat membantu proses atau perbuatan belajar secara maksimal.
b.        Faktor-faktor Sosial dalam Belajar
Suryabrata (2010:234) mengatakan bahwa faktor sosial dalam belajar adalah faktor manusia baik manusia itu ada maupun kehadirannya dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Kehadiran orang atau orang lain pada waktu seseorang belajar banyak sekali mengganggu belajar atau sebaliknya. Oleh karenanya diperlukan lingkungan belajar sosial yang kondusif untuk belajar.
Hasil belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar diri individu, baik faktor fisik maupun sosial psikologis pada lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Masing-masing kondisi lingkungan akan memberikan pengaruh terhadap hasil belajar seseorang.
Munardji (2004:133) mengatakan lingkungan sosial adalah manusia atau sesama manusia, baik manusia itu ada (kehadirannya) ataupun tidak langsung hadir. Kehadiran orang lain pada waktu sedang belajar, sering kali mengganggu aktivitas belajar. Menurut Asrori (2008:162) lingkungan sosial dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga yaitu lingkungan sosial siswa di rumah, lingkungan sosial siswa di sekolah dan  lingkungan sosial dalam masyarakat.
Selain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan belajar seseorang. Dalam masalah lingkungan sekolah Munardji (2004:138) menjelaskan bahwa lingkungan sekolah yang mempengaruhi keberhasilan belajar adalah lingkungan fisik beserta komponennya seperti kondisi sekolah serta kelengkapan sarana serta prasarana penunjang proses belajar.
Segala sesuatu di sekolah akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar seseorang. Lebih lanjut Slameto (2010:64) mengatakan bahwa faktor sekolah mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan murid, siswa dengan siswa, disiplin sekolah metode belajar, keadaan gedung serta standar pelajaran.
Lingkungan masyarakat siswa atau individu berada juga berpengaruh terhadap semangat serta aktivitas belajarnya. Lingkungan masyarakat yang warganya memiliki latar belakang pendidikan cukup, terdapat lembaga-lembaga pendidikan sertan sumber-sumber belajar di dalamnya akan memberikan pengaruh positif terhadap semangat dan perkembangan belajar generasi mudanya.
c.         Faktor-faktor Fisiologis dalam Belajar
Faktor fisiologis adalah faktor berkaitan dengan kondisi fisik seseorang atau kondisi jasmaniah seseorang. Faktor ini merupakan faktor bawaan dalam diri seorang individu, melekat pada dirinya, serta sebagian menjadi karakteristik dirinya. Slameto (2010:54) menyebutkan bahwa faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. Faktor fisiologis ini ada bersifat permanen seperti cacat tubuh permanen, ada pula bersifat sementara seperti kesehatan.
Faktor jasmani mencakup kondisi serta kesehatan jasmani dari individu. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya. Dalam proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing serta berkurangnya fungsi dari alat-alat inderanya. Agar orang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi serta ibadah.
Selain dari kesehatan, cacat tubuh juga merupakan faktor penentu dari hasil belajar. Cacat tubuh adalah suatu penyebab kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Sukmadinata (2005: 225) mengatakan.
Keadaan cacat tubuh akan mempengaruhi belajar. Siswa dengan cacat tubuh biasanya mengalami tekanan dalam batinnya yang mengakibatkan kurang percaya diri. Oleh karena itu siswa cacat belajarnya akan sangat terganggu. Anak yang cacat tubuh hendaknya belajar pada lembaga pendidikan khusus.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa keadaan jasmani yang perlu diperhatikan dalam belajar adalah kondisi fisik normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Selain itu kondisi kesehatan fisik sehat serta segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik ada beberapa hal perlu diperhatikan antara lain makan, minum teratur, olah raga serta cukup tidur.
d.        Faktor Psikologis dalam Belajar
Faktor psikologis mempengaruhi hasil belajar meliputi segala hal berkaitan dengan kondisi mental kejiwaan seseorang. Aspek psikis atau kejiwaan tidak kalah pentingnya dalam belajar dengan aspek jasmaniah. Slameto (2010:55) mengatakan sekurang-kurangnya ada tujuh faktor mempengaruhi belajar yaitu inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan. Untuk kelancaran belajar bukan hanya dituntut kesehatan jasmaniah tetapi kesehatan rohaniah atau psikis pula.
Orang sehat psikisnya adalah orang terbebas dari tekanan batin mendalam, frustasi, konflik-konflik psikis, terhindar dari kebiasaan-kebiasaan buruk mengganggu perasaan. Orang sehat psikisnya akan merasakan kebahagiaan serta dapat menyerap pelajaran lebih optimal.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor psikologis dalam belajar meliputi seluruh keadaan psikologi anak yang sedang belajar. Apabila keadaan psikologis anak baik maka dimungkinkan akan memperoleh hasil belajar dengan baik pula dan sebaliknya.
7.      Hakikat Pembelajaran IPS Terpadu
Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD/MI) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA/MA). Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik (Depdiknas, 2006:3).
Hakikat IPS, adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dengan kemajuan teknologi pula sekarang ini orang dapat berkomunikasi dengan cepat dimanapun mereka berada melalui handphone dan internet. Kemajuan Iptek menyebabkan cepatnya komunikasi antara orang yang satu dengan lainnya, antara negara satu dengan negara lainnya. Dengan demikian maka arus informasi akan semakin cepat pula mengalirnya. Oleh karena itu diyakini bahwa orang yang menguasai informasi itulah yang akan menguasai dunia.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka IPS merupakan suatu pendekatan interdsipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. IPS terpadu dalam penelitian ini dikhususkan pada bidang ekonomi.
Berdasarkan pada falsafah negara tersebut, maka telah dirumuskan tujuan pendidikan nasional, yaitu:
Membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk membentuk manusia yang sehat jasmani dan rokhaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya, dan mencintai sesama manusia sesuai ketentuan yang termaksud dalam UUD 1945 pasal 32.  (Mastuhu, 2008:18)

/ Sumaatmaja (2006:20) menjelaskan tujuan pembelajaran IPS sebagai berikut:
Mata pelajaran IPS bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan masyarakat.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, dalam implementasinya perlu dilakukan berbagai studi yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan pengembangan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi pendidikan. Salah satu bentuk efisiensi dan efektivitas implementasi kurikulum, perlu dikembangkan berbagai model pembelajaran yang salah satunya adalah model pembelajaran terpadu.
Trianto (2010:6) mengatakan bahwa model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan autentik. Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas. Perolehan keutuhan belajar, pengetahuan, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan dan dunia nyata dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu.

G.           Metodologi Penelitian
1.        Variabel Penelitian
Arikunto (2006:116) mengatakan variabel penelitian adalah gejala yang bervariasi dalam penelitian. Variabel penelitian dapat dibedakan menjadi dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Arikunto (2006:119) menjelaskan bahwa variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi sedangkan variabel terikat adalah variabel luar yang merupakan variabel akibat. Dalam penelitian ini terdapat satu variabel bebas yaitu penggunaan media Power Point (X) dan satu variabel terikat yaitu hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung (Y). Lebih jelasnya variabel penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Variabel Bebas (X)
Variabel Terikat (Y)
Penggunaan Media Power Point
Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung

2.        Definisi Operasional Variabel
Sedarmayanti (2006:52) mengatakan bahwa definisi operasional adalah definisi yang terdapat dalam hipotesis, atau definisi yang pada intinya merupakan merupakan penjabaran lebih lanjut secara lebih konkrit dan tegas dari suatu konsep. Berdasarkan definisi tersebut difinisi operasional dari variabel penelitian ini sebagai berikut:
1.         Power Point merupakan salah satu program dalam Microsoft Office, yang merupakan program aplikasi yang dirancang secara khusus untuk menampilkan program multimedia.

2.         Hasil belajar IPS Terpadu adalah kecakapan dan perubahan dalam diri siswa dalam memahami berbagai konsep IPS dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari meliputi prestasi akademik serta non akademik.
3.        Jenis Penelitian
Metode penelitian dalam penulisan karya ilmiah mutlah diperlukan agar alur penulisan karya tersebut betul-betul sistematis, tidak simpang siur sehingga alur permasalahan dan penyelesaian masalahnya dapat ditulis dengan lancar dan sempurna. Metode penelitian menurut Moelong (2006:43) adalah  seperangkat cara dalam proses yang sistematis diperlukan dalam perencanaan dan juga dalam pelaksanaan penelitian.
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kuantitatif. Sedarmayanti (2006:35) menjelaskan pengertian penelitian kuantitatif sebagai berikut.
Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasarkan oleh falsafah positivisme yaitu ilmu valid, ilmu dibangun dari empiris, teramati, terukur, menggunakan logika matematika dan dapat membuat generalisasi atas rerata. Teori kebenaran dianut oleh positivis termasuk teori korespondensi antara pernyataan atau verbal dengan realitas emirik atau objeknya. Metode kualitatif menghendaki objek penelitian spesifik serta membatasi sejumlah tata fikir kategorisasi, intervalisasi dan kontinuasi.

Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Sugiyono (2009:7) mengatakan metode kuantitatif adalah metode penelitian dengan data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Sedangkan Soedarmayanti (2002:34) mengatakan penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang didasari oleh falsafah positivis yaitu ilmu valid, ilmu empiris, teramati, terukur, menggunakan logika matematika serta membuat generalisasi atas rerata.
Metode penelitian memiliki berbagai macam bentuk pendekatan. Salah satu bentuk pendekatan dalam penelitian adalah pendekatan korelasional. Arikunto (2006:239) mengatakan pendekatan korelasional bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, dan apabila ada, seberapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu.
Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian kuantitatif berarti penelitian yang menggunakan teknik analisis statistik untuk menganalisa data dan menarik kesimpulan. Data diperoleh melalui berbagai instrument pengumpulan data.
4.        Populasi dan Sampel
a.         Populasi
Arikunto (2006:130) mengatakan populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Lebih lanjut Arikunto (2006.130) menjelaskan apabila seseorang ingin meneliti tingkat atau ukuran semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian maka penelitian tersebut merupakan penelitian kuantitatif.
Sugiyono (2006:55) mengatakan populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas objek atau subjek mempunyai kuantitas serta karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan penjelasan tersebut populasi merupakan objek penelitian atau sesuatu yang diteliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung Kabupaten OKU Timur tahun pelajaran 2011-2012 yang berjumlah 71 siswa. Adapun siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung yang menjadi populasi penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tabel 1
Populasi Penelitian

No
Kelas
Jumlah populasi
1
VIII-A
23 siswa
2
VIII-B
23 siswa
3
VIII-C
25 siswa
JUMLAH
71 siswa
Sumber: Laporan Bulan Januari 2012 SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung
b.        Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Sugiyono (2006:56) mengatakan sampel adalah sebagian dari jumlah serta karakteristik dimiliki oleh populasi. Apabila populasi besar sedangkan peneliti tidak mungkin mempelajari semuanya, maka peneliti dapat menggunakan sampel dari populasi tersebut. Pengambilan sampel harus representatif dalam artian harus dapat mewakili seluruh populasi yang ada.
Sampel harus mewakili populasi atau representatif, artinya mampu menggambarkan secara maksimal keadaan populasi tersebut agar kesimpulan yang diambil benar. Arikunto (2006:134) mengatakan apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, tapi jika subjeknya besar dapat diambil antara 10%-15%, 20%-25% atau lebih tergantung dari kemampuan meneliti, luas sempitnya wilayah, besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah cluster sampling atau area sampling. Sugiyono (2006:59) mengatakan teknik cluster sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan cara menentukan daerah atau bagian. Teknik ini digunakan apabila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Teknik ini dilaksanakan dengan menggunakan stratified random sampling. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan nomor pada setiap kelas. Sesuai dengan jumlah kelas yang ada yaitu 3 kelas maka tiap kelas mendapatkan nomor urut 1, 2, dan 3. Langkah selanjutnya adalah mengambil nomor secara acak. Nomor kelas yang muncul kemudian dijadikan sampel penelitian.
Berdasarkan hasil pengambilan sampel tersebut, nomor yang keluar adalah nomor 3. Oleh karena itu, peneliti mengambil sampel kelas kelas VIII-C SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung. Lebih jelasnya sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut:
Tabel 2
Sampel Peneltian

NO
Nama
Laki-laki
Perempuan
Total
1
Ahmad Idrus


2
Anggi Mahesa

3
Arisa Dona

4
Arista Pratama

5
Beliyani

6
Bukhori Agus S.

7
Candara

8
Dedi Adikto

9
Dewi Fitri

10
Dobi Riansah

11
Enika Novita Sari

12
Indra Setiawan

13
Kadek Mastrawan

14
Liga Bp Ramsai

15
Mellisya Novita S

16
Nanda Rizkia

17
Reni Anggraini

18
Selly Oktari

19
Shinta Bella M

20
Tya Ahrini

21
Uswatun Hasanah

22
Wasis Prasetyo

23
Ridwan

24
Rika Mawarni

25
Sulistiyawati

Jumlah
11
14
25
5.        Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara yang ditempuh untuk mendapatkan data yang konkrit dari suatu objek yang diteliti. Mengumpulkan data berarti mencatat peristiwa penting atau mencatat karakteristik elemen. Arikunto (2006:160) mengatakan metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Variasi metode yang dimaksud adalah angket, tes, dokumentasi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuesioner atau angket dan metode tes.
a.         Kuesioner atau Angket
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Teknik kuesioner merupakan cara mengumpulkan data dengan menyampaikan daftar seperangkat pertanyaan baik langsung maupun melalui pos kepada responden penelitian.
Berkaitan dengan kuesioner, Hamdani (2008:76) mengatakan bahwa kuesioner ada dua macam yaitu kuesioner berstruktur dan kuesioner tidak berstruktur. Kuesioner berstruktur atau tertutup berisi pertanyaan disertai dengan pilihan jawaban. Kuesioner tidak berstruktur pertanyaan tidak disertai dengan jawaban.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat ditarik suatu pengertian bahwa kuesioner adalah penyelidikan mengenai suatu masalah dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk mendapatkan informasi, keterangan, tanggapan, atau hal lain yang diketahui secara tertulis. Peneliti menggunakan teknik ini untuk mendapatkan data variabel X yaitu penggunaan media power poit.
Metode angket digunakan dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang berstruktur kepada responden. Angket yang digunakan adalah angket tertutup, artinya jawabannya sudah disediakan dan responden tinggal memilih jawaban yang menurutnya paling cocok. Angket dibuat sebanyak 20 item soal pertanyaan dengan 4 alternatif jawaban yaitu a, b, c, dan d dengan penskoran jawaban a=4, b=3, c=2, d=1 (Hamdani, 2008:71).
b.        Tes
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes. Tes adalah seperangkat stimuli yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka (Hamdani, 2008:77). Teknik ini peneliti gunakan untuk menganalisis sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang dibuat peneliti terkait dengan materi pelajaran. Tes disusun sebanyak 20 nomor dengan bentuk pilihan berganda yaitu a, b, c, d, dan e. Tes diberikan kepada seluruh siswa yang menjadi sampel penelitian dan dilakukan di akhir pembelajaran.
c.         Observasi
Observasi disebut juga dengan pengamatan. Hamdani (2008:72) mengatakan bahwa pengamatan atau observasi diklasifikasikan atas pengamatan terbuka dan pengamatan tertutup pengamatan terbuka diketahui oleh subjek sedangkan sebaliknya para subjek dengan sukarela memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi dan mereka menyadari bahwa ada orang yang mengamati hal yang dilakukan oleh mereka. Sedangkan pengamatan tertutup berarti pengamat beroperasi dan mengadakan pengamatan tanpa diketahui oleh subjeknya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, observasi yang dilaksakan dalam penelitian ini adalah observasi terbuka dengan cara berperan serta yaitu peneliti berperan serta melakukan dua peranan sekaligus yaitu sebagai pengamat serta sekaligus menjadi objek observasi. Teknik ini digunakan untuk mengobservasi aktivitas belajar siswa berdasarkan ketentuan yaitu siswa selalu bersemangat dan komunikatif ketika menyimak setiap materi, selalu bertanya tentang materi, aktif dalam berdiskusi serta selalu mengerjakan tugas.

6.        Metode Analisis Data
Analisis data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara rumus-rumus tertentu. Hasan (2004:24) menjelaskan sebagai berikut:
Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasi ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Bogdan Taylor analisa data adalah proses yang merinci usaha formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu.

Proses analisis data penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
rxy                = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N                 = Banyak responden
X              = Jumlah skor variabel bebas
Y              = Jumlah skor variabel terikat (Sudijono, 2009:206)
Korelasi product moment dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1≤ r ≤ + 1). Apanila nilai r = -1 artinya korelasi negatif sempurna artinya tidak ada korelasi, dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Pencarian harga r fakta antara penggunaan media Power Point dengan hasil belajar siswa dikonsultasikan dengan tabel 3 berikut.
Tabel 3
Interprestasi Koefisien Korelasi Nilai  r

Interval Koefesien
Tingkat Hubungan
0,80– 1,00
0.60 – 0.80
0,40 – 0,60
0,20 – 0,40
0,00 – 0,20
Korelasi Sangat tinggi
Korelasi Tinggi
Korelasi Sedang
Korelasi Rendah
Korelasi Sangat rendah
Sumber data Sudijono (2009: 193)
Langkah selanjutnya yaitu  menguji hipotesis menggunakan uji Z pada taraf nyata 5 % (0,05) dengan nilai Z pada tabel = 1,96. Penentuan uji Z dilakukan dengan menggunakan rumus:
Z   (Hasan, 2006: 97).
Kriteria pengujian.
1.         Ho diterima (Ha ditolak) apabila - Z ά/2  <  Zo <  Z ά/2 
2.         Ho ditolak (Ha diterima)   apabila Zo > Z ά/2  atau - Zo < - Z ά/2
Setelah diketahui indeks korelasi dan pengujian hipotesis, langkah selanjutnya adalah menentukan koefisien penentu untuk mengetahui besar kontribusi variabel X terhadap variabel Y. Koefisien penentu dicari dengan menggunakan rumus:
KP = r2 X 100%.
Keterangan:
KP  = Koefisien Penentu
r2     = Indeks Korelasi
Melalui perhitungan koefisien penentu akan dapat ditentukan besar pengaruh X terhadap Y. Dengan demikian akan dapat dilakukan analisis lebih jauh terkait pelayanan pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Melalui koefisien penentu, guru dapat menganalisis pengaruh penggunaan media Power Point terhadap hasil belajar siswa serta menyelidiki faktor-faktor penentu keberhasilan belajar lainnya.

H.           Sistematika Penulisan
Untuk menghasilkan suatu pembahasan yang lebih runtut, penulis susun sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I    PENDAHULUAN
Bagian ini terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II  TINJAUAN PUSTAKA
Bagian ini terdiri atas pengertian media pembelajaran, manfaat media pembelajaran, jenis-jenis media pembelajaran, pengertian Power Point, pengertian hasil belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, tipe-tipe hasil belajar, dan hakikat pembelajaran IPS Terpadu.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bagian ini terdiri atas jenis penelitian, variabel penelitian, devinisi operasional variabel, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan hipotesis penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bagian ini terdiri atas deskripsi wilayah penelitian, penyajian data, pengolahan data hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V  PENUTUP
Bagian ini  terdiri atas kesimpulan dan saran
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran

I.              Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011-2012 yaitu pada bulan Februari sampai dengan bulan April 2012. Untuk lebih jelasnya, kegiatan-kegiatan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4
Jadwal Penelitian

No
Kegiatan
Februari
Maret
April
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Perencanaan
 √











2
Persiapan
 √











3
Evaluasi
 √











4
Pengajuan Judul
 √











5
Pengajuan Proposal

 √










6
Seminar Proposal

 √










7
Perbaikan Proposal

 √










8
ACC Proposal












9
Pelaksanaan Skripsi












10
Bab I












11
Bab II












12
Bab III












13
Bab IV












14
Bab V












15
Munaqasyah














DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi, Lif Khoiru. 2010. Strategi Pembelajaran Sekolah Berstandar Internasional dan Nasional. Jakarta: PT Pustaka Raya.

Al-Muchtar. 2008. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta:Imperial Bhakti Utama.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.

Asrori, Mohammad. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.

Daryanto. 2006. Belajar Komputer Visual Basic. Bandung: CV Yrama Widya.

Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung: Satu Nusa.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara.

Hamdani, Nizar Alam. 2008. Classroom Action Research; Teknik Penulisan dan Contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Rahayasa.

Ibrahim, Hasan. 2008. Pengembangan Media Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:  PT. Remaja Rosdakarya.

Munardji. 2004. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Bina Ilmu.

Mustofa, Arif. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Aruzz Media.
Nasution, S. 2010. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanto, Ngalim. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta.

Riyana, Ilyasih. 2008. Pemanfaatan OHP dan Presentasi dalam Pembelajaran. Jakarta: Cipta Agung.

Sadiman, Arief S. 2008. Media Pendidikan;Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sadiman. 2007. Media Pendidikan. Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sedarmayanti. 2006. Metodologi Penelitian. Bandung: Mandar Maju.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.

Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta:PT Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana. 2006. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologis Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumaatmaja. 2006. Modul Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta:Depdiknas.

Sumiati dan Azra. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima

Suryabrata, Sumadi. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Thobroni, Muhammad dan Mustofa, Arif. 2011. Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Yogyakarta: Ar-Ruz Media.