HUBUNGAN
PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 2
KECAMATAN
BUAY PEMUKA PELIUNG
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan
memegang peranan penting dalam kemajuan dan masa depan bangsa, tanpa pendidikan
yang baik mustahil suatu bangsa akan maju. Berhasil atau tidaknya suatu
pendidikan dalam suatu negara salah satunya adalah karena guru. Guru mempunyai
peranan yang sangat penting dalam perkembangan dan kemajuan anak didiknya. Dari
sinilah guru dituntut untuk dapat menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya. Djamarah
(2006:46) mengatakan bahwa untuk dapat mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan,
guru harus pandai memilih metode serta media pembelajaran yang tepat dan sesuai
dengan kebutuhan anak didik, supaya anak didik merasa senang dalam proses
belajar mengajar berlangsung.
Media
pembelajaran terus mengalami perkembangan seiring dengan berkembangnya dunia
informasi dan teknologi. Ahmadi (2010:36) mengatakan bahwa teknologi baru
terutama multimedia mempunyai peranan semakin penting dalam proses
pembelajaran. Banyak orang percaya bahwa multimedia akan dapat membawa kepada
situasi belajar dimana learning with
effort akan dapat digantikan dengan learning
with fun. Jadi proses pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, tidak
membosankan akan menjadi pilihan tepat bagi para guru.
Sistem
pembelajaran yang selama ini dilakukan yaitu sistem pembelajaran faculty teaching kental dengan suasana
instruksional dan dirasa kurang sesuai dengan dinamika perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Lebih dari itu kewajiban
pendidikan dituntut untuk memasukkan nilai-nilai moral, budi pekerti luhur,
kreatifitas, kemandirian dan kepemimpinan, yang sangat sulit dilakukan dalam
sistem pembelajaran yang konvensional. Mustofa (2011:16) mengatakan sistem
pembelajaran konvensional kurang fleksibel dalam mengakomodasi perkembangan
materi kompetensi karena guru harus intensif menyesuaikan materi pelajaran
dengan perkembangan teknologi terbaru. Oleh karena itu kurang bijaksana jika
perkembangan teknologi jauh lebih cepat dibanding dengan kemampuan guru dalam
menyesuaikan materi kompetensi dengan perkembangan tersebut, sehingga dapat
dipastikan lulusan akan kurang memiliki penguasaan pengetahuan atau teknologi
terbaru.
Pada
kenyataannya bahwa saat ini Indonesia memasuki era informasi yaitu suatu era
yang ditandai dengan makin banyaknya medium informasi, tersebarnya informasi
yang makin meluas dan seketika, serta informasi dalam berbagai bentuk yang
bervariasi tersaji dalam waktu yang cepat. Penyajian pesan pada era informasi
ini akan selalu menggunakan media, baik elektronik maupun non elektronik.
Terkait dengan kehadiran media, Dimyati (2006:247) menjelaskan bahwa suatu
media yang terorganisasi secara rapi mempengaruhi secara sistematis
lembaga-lembaga pendidikan seperti lembaga keluarga, agama, sekolah, dan
pramuka. Uraian tesebut menunjukkan bahwa kehadiran media telah mempengaruhi
seluruh aspek kehidupan, termasuk sistem pendidikan, meskipun dalam derajat
yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Sudjana
(2006:22) mengatakan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar merupakan tujuan
yang dirumuskan sebelum proses belajar mengajar dilaksanakan. Pada umumnya
hasil belajar meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil belajar yang
akan diperoleh siswa setelah menempuh belajarnya atau proses belajar mengajar.
Thabroni
(2011:22) mengatakan hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi serta keterampilan. Hasil belajar
merupakan pengalaman yang diperoleh siswa selama belajar sehingga akan
menghasilakan nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi serta
keterampilan tertentu setelah menyelesaikan belajarnya.
Proses
belajar mengajar dan hasil belajar saling berhubungan, karena dalam kegiatan
belajar mengajar terdapat tujuan yang akan dicapai. Siswa yang sebelunya tidak
tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti setelah belajar.
Hamalik (2006:30) mengatakan hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar
akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut misalnya dari tidak
tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Hasil
belajar seseorang ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah
satu faktor dari luar individu yang mempengaruhi hasil belajar adalah
tersedianya media pembelajaran yang memberi kemudahan bagi individu untuk
mempelajari materi pembelajaran, sehingga menghasilkan belajar yang lebih baik.
Djamarah (2008:213) mengatakan media adalah segala bentuk serta saluran untuk
menyampaikan pesan maupun informasi. Selain pendapat tersebut, Sumiati
(2008:126) mengatakan pengertian media AECT mengandung pengertian medium
atau mediator, yaitu mengatur hubungan efektif antara dua pihak utama
dalam proses belajar, siswa serta isi pelajaran.
Arsyad
(2011:6) mengatakan ”media jika dipahami secara garis besar adalah manusia,
materi, atau kejadian yang membangun kondisi, menyebabkan siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap”. Jadi menurut pengertian ini,
guru, teman sebaya, buku teks, lingkungan sekolah maupun luar sekolah, bagi
seorang siswa merupakan media.
Peranan
media dalam proses belajar mengajar menurut Gerlac dan Ely (dikutip Sadiman,
2008:285) adalah sebagai berikut:
1)
Media
memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan dan menampilkan kembali suatu
objek atau kejadian,
2)
Media
memiliki kemampuan untuk menampilkan kembali objek atau kejadian dengan
berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan.
3)
Media
mempunyai kemampuan utuk menampilkan sesuatu objek atau kejadian yang
mengandung makna.
Selain
pendapat tersebut, Ibrahim (2008:12) mengemukakan fungsi atau peranan media
dalam proses belajar mengajar antara lain:
1)
Dapat
menghindari terjadinya verbalisme.
2)
Membangkitkan
minat atau motivasi.
3)
Menarik
perhatian.
4)
Mengatasi
keterbatasan ruang, waktu dan ukuran,.
5)
Mengaktifkan
siswa dalam belajar.
6)
Mengefektifkan
pemberian rangsangan untuk belajar.
Dalam
upaya memperbaiki proses pembelajaran agar efektif dan fungsional, maka fungsi
media pembelajaran sangat penting untuk dimanfaatkan. Pemakaian media dalam
proses pembelajaran dimaksudkan untuk mempertinggi daya cerna siswa terhadap
informasi atau materi pembelajaran yang diberikan.
Pemanfaatan
media pembelajaran terkait dengan pembelajaran kompetensi melaksanakan prosedur
pengelasan, pematrian, pemotongan dengan panas, telah dilaksanakan di
sekolah-sekolah yang telah memiliki beberapa media pembelajaran, baik yang
diperoleh dari pemerintah, dibeli sendiri oleh sekolah, maupun yang dibuat
sendiri oleh guru. Demikian pula yang terjadi pada SMP Negeri 2 Buay Pemuka
Peliung.
Salah
satu bentuk media pembelajaran yang digunakan di SMP Negeri 2 Buay Pemuka
Peliung adalah Microsoft Office Power
Point. Kumala (2004:71) mengatakan Microsoft
Power Point merupakan salah satu aplikasi milik Microsoft disamping Microsoft
Word dan Microsoft Exel yang
telah di kenal banyak orang. Ketiga aplikasi ini lazim disebut Microsoft Office. Pada dasarnya,
aplikasi Microsoft Power Point
berfungsi untuk membantu user dalam
menyajikan persentasi.
Microsoft Office Power
Point adalah salah satu jenis program yang tergabung dalam
Microsoft Office Power Point sebagai
program aplikasi yang dirancang khusus untuk menampilkan program multimedia.
Hal ini sebagaimana dikemukakan Riyana (2008:102) sebagai berikut:
Program Power Point merupakan salah satu software yang dirancang secara khusus
untuk mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam
pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relative murah karena tidak membutuhkan
bahan baku selain alat untuk penyimpanan data (data storage)
Berdasarkan
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Power
Point merupakan software yang
mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan
serta penggunaannya relatif murah. Power
Point memiliki kemampuan untuk menggabungkan berbagai unsur media seperti
pengolahan teks, warna, gambar, grafik serta animasi.
Aplikasi
Power Point menyediakan fasilitas slide untuk menampung pokok-pokok
pembicaraan yang akan disampaikan pada peserta didik. Dengan fasilitas animasi,
suatu slide dapat dimodifikasi dengan
menarik. Begitu juga dengan adanya fasilitas front picture, sound dan effect
dapat dipakai untuk membuat suatu slide
yang bagus. Bila produk slide ini
disajikan, maka para pendengar dapat ditarik perhatiannya untuk menerima apa
yang disampaikan kepada peserta didik.
Media
pembelajaran sangat menentukan dalam setiap pembelajaran tidak terkecuali pada
mata pelajaran IPS Terpadu di tingkat Sekolah Menengah Pertama. Al-Muctar
(2008:274) mengatakan pendidikan IPS adalah penyederhanaan dari disiplin
ilmu-ilmu sosial yang diorganisir, disajikan secara ilmiah atau psikologis
untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam perkembangan konsep pembelajaran IPS,
rumusan Al-Muchtar dianggap sebagai rumusan yang pertama kali dikembangkan
dalam forum nasional organisasi profesi dalam kaitannya dengan usaha
meningkatkan kualitas pembelajaran IPS.
Melalui
penggunaan media Microsoft Office Power
Point diharapkan pembelajaran akan lebih menarik bagi siswa sehingga dapat
meningkatkan minat, perhatian, motivasi serta hasil belajar siswa. Media Microsoft Office Power Point sangat
efektif diterapkan dalam pembelajaran ilmu-ilmu sosial termasuk IPS Terpadu
pada tingkat Sekolah Menengah Pertama sebagaimana di SMP Negeri 2 Buay Pemuka
Peliung. Hal tersebut karena media Microsoft
Office Power Point dapat menghilangkan sifat abstrak dan verbalis materi
ilmu-ilmu sosial.
Berdasarkan
penjelasan tersebut perlu diadakan penelitian lebih lanjut terkait hubungan penggunaan
media pembelajaran khususnya Microsoft
Office Power Point dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa. Oleh karena itu
dirumuskan judul penelitian “Hubungan
Penggunaan Media Power Point dengan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 2 Kecamatan Buay Pemuka Peliung”.
B.
Batasan
Masalah
Mengingat
keterbatasan pengetahuan, waktu dan dana dalam penelitian ini, maka penulis
membatasi masalah pada hubungan penggunaan media Power Point dengan hasil belajar IPS
Terpadu. Populasi dalam penelitian ini dibatasi pada siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Buay Pemuka Peliung.
C.
Rumusan
Masalah
Sesuai
dengan latar belakang masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah
“Apakah terdapat hubungan antara penggunaan media Power Point dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Buay Pemuka Peliung?”. Secara lebih khusus permasalahan penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1.
Bagaimana penggunaan media Power Point dalam pembelajaran IPS
Terpadu di kelas VIII SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung?
2.
Bagaimana hasil belajar IPS Terpadu
siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung?
3.
Bagaimana hubungan antara penggunaan
media Power Point dengan hasil
belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung?
D.
Tujuan
Penelitian
Tujuan
penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui hubungan antara penggunaan
media Power Point dengan hasil
belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung.
Selanjutnya tujuan tersebut dijabarkan secara khusus sesuai dengan rumusan
masalah sebagai berikut:
1.
Mendeskripsikan penggunaan media Power Point dalam pembelajaran IPS
Terpadu di kelas VIII SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung.
2.
Mengetahui hasil belajar IPS Terpadu
siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung.
3.
Mengetahui hubungan antara penggunaan
media Power Point dengan hasil
belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung.
E.
Manfaat
Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung terutama dalam pengembangan pendidikan.
Secara lebih khusus penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.
Bagi Guru
1)
Memberikan wawasan kepada guru dalam
mengembangkan media pembelajaran yang dapat digunakan dalam melaksanakan tugas
mengajarnya.
2)
Memberikan kontribusi positif kepada
guru agar dapat meningkatkan kualitas pengajarannya dengan memanfaatkan media Power Point sehingga proses pembelajaran
akan berjalan dengan efektif dan efisien.
2.
Bagi Sekolah
1)
Memberikan masukan kepada SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung dalam meningkatkan hasil
belajar siswa-siswanya khususnya dalam pembelajaran IPS Terpadu melalui penggunaan
media Power Point.
2)
Sebagai bahan koreksi terhadap
pelaksanaan pembelajaran IPS Terpadu yang dilaksanakan.
3.
Bagi Siswa
1)
Menambah wawasan belajar siswa terutama
dalam meningkatkan hasil belajar melalui penggunaan media Power Point.
2)
Memberikan wawasan terhadap tingkat
keberhasilan siswa dalam pembelajaran.
4.
Bagi Peneliti
1)
Sebagai modal awal pengembangan khasanah
penelitian dan sebagai modal dasar guna penelitian lebih lanjut.
2)
Untuk mengembangkan ilmu yang diperoleh
sebagai alternatif pelaksanaan salah satu Tri Darma Perguruan yaitu penelitian.
3)
Untuk menambah, memperdalam dan
memperluas wawasaan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan penggunaan media Power Point dalam pembelajaran IPS
terpadu.
5.
Bagi Lembaga STKIP Nurul Huda Sukaraja
1)
Sebagai barometer interdisipliner
keilmuan dan kualitas mahasiswa dalam bidang pendidikan.
2)
Untuk menambah perbendaharaan pustaka
kampus
F.
Kajian
Pustaka
1.
Pengertian
Media Pembelajaran
Media merupakan salah satu komponen sistem
pembelajaran. Daryanto (2011:4) mengatakan kata media merupakan bentuk jamak
dari kata medium yang berarti perantara atau pengantar terjadinya komunikasi
dari pengirim menuju penerima. Media merupakan salah satu komponen komunikasi
yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan.
Sadiman (2005:6) mengatakan media berasal dari
bahasa latin dan merupakan jamak dari kata medoe
yang berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
pesan. Media merupakan sarana komunikasi tidak langsung yang digunakan untuk
menyampaikan ide, gagasan, maupun informasi dari seseorang kepada orang lain.
Dalam pembelajaran media merupakan sarana yang dapat digunakan oleh guru untuk
menyampaikan bahan pelajaran kepada seluruh siswa.
Arsyad (2011:3) mengatakan media berasal dari bahasa
latin medius yang secara harfiah
berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab media berasal dari
kata wasaail yang berarti pengantar
pesan dari pengirim kepada penerima pesa. Media apabila dipahami secara garis
besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat
siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Dalam pengertian
ini guru, buku teks serta lingkungan sekolah merupakan media belajar.
Secara lebih khusus Arsyad (2011:3) mengatakan media
dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,
photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali
informasi visual atau verbal. Media pembelajaran merupakan pengatur hubungan
yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar yaitu siswa dan isi
pelajaran.
Sanjaya (2010:204) mengatakan media pembelajaran
adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan
seperti radio, televise, buku, koran, majalah, komputer dan lain sebagainya.
Selain alat-alat tersebut orang dan bahan serta peralatan yang menciptakan
kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, kterampilan dan sikap
juga disebut sebagai media pembelajaran.
Selain pendapat tersebut, Djamarah (2010:120)
mengatakan media adalah sumber belajar sehingga secara luas media pembelajaran
dapat diartikan dengan manusia, benda ataupun peristiwa yang memungkinkan siswa
memperoleh pengetahuan serta keterampilan. Media merupakan alat bantu yang
dapat berupa apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai
tujuan pembelajaran. Secara lebih spesifik Sadiman (2005:19) menjelaskan
sebagai berikut:
Media pelajaran
adalah perangkat lunak (software) berisi
pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan
peralatan. Peralatan atau perangkat keras (hardware)
merupakan sarana untuk dapat mengumpulkan pesan yang terkandung dalam media
tersebut.
Berdasarkan penjelasan tentang pengertian media
pembelajaran dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau materi yang mengandung
tujuan instruksional kepada penerima pesan dalam pembelajaran. media
pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan, merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa sehingga
dapat mendorong keberhasilan proses belajar.
2.
Manfaat
Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan media yang digunakan
dalam pembelajaran. penggunaan media pembelajaran dapat memberikan rangsangan
kepada siswa dalam proses belajar, sehingga dapat mempertinggi kualitas belajar
mengajar dan dapat mempertinggi hasil belajar siswa. hal ini sebagaimana
dijelaskan Sudjana (2005:2) bahwa media pengajaran dapat mempertinggi proses
belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat
mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.
Riyana (2008:10) mengatakan bahwa media pembelajaran
memiliki nilai dan manfaat sebagai berikut:
1)
Membuat
konkrit konsep-konsep yang abstrak
2)
Menghadirkan
objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat kedalam lingkungan
belajar.
3)
Menampilkan
objek yang terlalu besar atau kecil.
4)
Memperlihatkan
gerakan yang terlalu cepat atau lambat.
Konsep-konsep yang sulit dijelaskan secara langsung
seperti peredaran darah, bentuk transaksi dan lain sebagainya dapat
disederhanakan dengan menggunakan media gambar atau bagan. Objek yang terlalu
besar dapat digantikan oleh gambar, foto, dan model, sedangkan objek yang
terlalu kecil dapat disajikan dengan menggunakan mikroskop dan lainnya.
Peristiwa yang terjadi pada masa lalu dapat ditampilkan melalui rekapan video,
sedangkan peristiwa alam seperti letusan gunung berapi dapat disajikan dalam
bentuk simulasi komputer.
Thobroni (2011:213) mengatakan media pembelajaran
dapat bermanfaat dalam proses belajar mengajar yaitu media pembelajaran dapat
memperjelas penyajian pesan, menarik perhatian siswa, meningkatkan hasil
belajar, mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu serta memberikan
kesamaan pengalaman kepada siswa. Selain itu, media pembelajaran dapat
membangkitkan motivasi, minat belajar, pemahaman siswa, menyajikan data dengan
menarik, memudahkan penafsiran data serta memadatkan informasi.
Djamarah (2010:121) mengklasifikasikan manfaat media
pembelajaran menjadi dua yaitu media sebagai alat bantu dan media sebagai
sumber belajar.
a.
Media sebagai Alat Bantu
Media
sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang
tidak dapat dipungkiri, karena meang gurulah yang menghendakinya untuk membantu
tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan
guru kepada siswa. guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran
sukar untuk dicerna dan dipahami oleh setiap anak didik terutama bahan
pelajaran yang rumit dan cukup kompleks seperti dalam pembelajaran IPS Terpadu.
Berkaitan
dengan manfaat media sebagai alat bantu, Djamarah (2010:121) menjelaskan
sebagai berikut:
Setiap materi
pelajaran memiiki tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada bahan
pelajaran yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi di lain pihak ada bahan
pelajaran yang sangat memerlukan alat bantu berupa media pembelajaran seperti
globe, grafik, gambar, slide presentasi dan lain sebagainya. Bahan pelajaran
dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar diproses oleh siswa apalagi
bagi siswa yang kurang menyukai bahan pelajaran yang disampaikan tersebut.
Berdasarkan
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran digunakan untuk
melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Hal tersebut dilandasi
dengan keyakinan bahwa prose belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi
kegiatan belajar anak didik dalam tenggang waktu cukup lama. Oleh karenanya
media disebut sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, sedangkan guru
yang mempergunakannya untuk membelajarkan siswa demi tercapainya tujuan
pengajaran.
b.
Media sebagai Sumber Belajar
Belajar
mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh
setiap siswa. nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya tetapi terambil
dari berbagai sumber. Sumber belajar yang sesungguhnya banyak sekali terdapat
dimana-mana. Djamarah (2010:122) membagi sumber belajar menjadi lima kategori
yaitu manusia, buku, media massa, alam ligkungan serta media pendidikan. Oleh
karena itu sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai
tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang.
Berdasarkan
penjelasan tersebut media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar ikut
membantu guru memperkaya wawasan siswa. Aneka macam bentuk dan jenis media
pendidikan yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi siswa.
Guru dalam menerangkan suatu benda dapat membawa bendanya secara langsung ke
hadapan siswa di depan kelas. Apabila hal tersebut tidak dimungkinkan, guru
dapat membuat sketsa dari benda tersebut sebagai sumber belajar.
3.
Jenis-jenis
Media Pembelajaran
Media
pembelajaran merupakan komponen instruksional meliputi pesan, orang, maupun
peralatan. Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam dunia pendidikan misalnya
teori atau konsep baru serta teknologi, media pembelajaran terus mengalami
perkembangan, tampil dalam berbagai jenis, dengan masing-masing ciri serta
kemampuannya sendiri. Dari sinilah kemudian timbul usaha-usaha untuk melakukan
klasifikasi atau pengelompokan media, mengarah kepada pembuatan taksonomi media
pendidikan atau pembelajaran di sekolah.
Usaha-usaha
ke arah taksonomi media tersebut telah dilakukan oleh beberapa ahli. Rudy Bretz
(dalam Sumiati, 2008:128) mengklasifikasikan media berdasarkan unsur pokoknya
yaitu suara, visual berupa gambar, garis, simbol, maupun gerak. Media menurut
taksonomi Bretz dikelompokkan menjasi 8 kategori yaitu Media audio visual
gerak, media audio visual diam, media audio semi gerak, media visual gerak,
media visual diam, media semi gerak, media audio, dan media cetak.
Pengelompokan
menurut tingkat kerumitan perangkat media, khususnya media audio-visual,
dilakukan oleh C.J Duncan, dengan menyusun suatu hirarki. Dari hirarki Duncan,
Sumiati (2008:131) mengatakan semakin tinggi tingkat hirarki suatu media,
semakin rendah satuan biaya serta semakin khusus sifat penggunaannya. Namun
demikian, kemudahan serta keluwesan penggunaannya semakin bertambah. Begitu
juga sebaliknya, jika suatu media berada pada hirarki paling rendah.
Schramm
(dalam Sadiman, 2005:62) mengatakan ada dua kelompok media yaitu big media
atau media rumit dan little media yaitu media sederhana serta murah.
Lebih jauh lagi ahli ini menyebutkan ada media massal, media kelompok, media
individu, didasarkan atas daya liput media.
Sejalan
dengan perkembangan teknologi, maka media pembelajaran pun mengalami perkembangan
melalui pemanfaatan teknologi itu sendiri. Berdasarkan perkembangan teknologi
tersebut, Arsyad (2011:19) mengklasifikasikan media atas empat kelompok yaitu
media hasil teknologi cetak, media hasil teknologi audio-visual, media hasil
teknologi berbasis computer, dan media hasil gabungan teknologi cetak serta
komputer.
Seels
dan Glasgow (dalam Arsyad, 2011:19) membagi media ke dalam dua kelompok besar,
yaitu media tradisional serta media teknologi mutakhir. Lebih lanjut Arsyad,
(2011:21) menjelaskan sebagai berikut:
Pilihan media
tradisional berupa media visual diam tidak diproyeksikan dan yang
diproyeksikan, audio, penyajian multimedia, visual dinamis yang diproyeksikan,
media cetak, permainan, dan media realia. Sedangkan pilihan media teknologi mutakhir
berupa media berbasis telekomunikasi seperti teleconference dan media berbasis mikroprosesor seperti permainan
komputer dan hypermedia.
Beberapa
pengelompokkan media dikemukakan tersebut, hingga saat ini belum terdapat suatu
kesepakatan tentang klasifikasi atau sistem taksonomi media baku. Dengan kata
lain, belum ada taksonomi media berlaku umum serta mencakup segala aspeknya,
terutama untuk suatu sistem instruksional.
4.
Pengertian
Power Point
Power Point merupakan
salah satu program dalam Microsoft
Affice. Microsoft Office Power Point adalah
salah satu jenis program yang tergabung dalam Microsoft office. Microsoft Office
Power Point merupakan program aplikasi yang dirancang secara khusus untuk
menampilkan program multimedia. Hal ini sebagaimana dikemukakan Riyana
(2008:102) sebagai berikut:
Program Microsoft Office Power Point adalah salah satu software yang dirancang khusus untuk mampu menampilkan program
multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan
relative murah karena tidak membutuhkan bahan baku selain alat untuk menyimpan
data.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan
bahwa Microsoft Office Power Point adalah perangkat lunak yang mampu menampilkan
program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan, penggunaan serta
relatif murah. Riyana (2008:102) mengatakan Microsoft
Office Power Point memiliki kemampuan
untuk menggabungkan berbagai unsure media seperti pengolahan teks, warna,
gambar, grafik, serta animasi. Terdapat tiga tipe penggunaan Microsoft Office Power Point yaitu personal
presentation, stand alone dan web
besed.
Pada umumnya Microsoft
Office Power Point digunakan untuk
presentasi dalam classical learning, karena
Microsoft Office Power Point merupakan program aplikasi yang digunakan untuk
kepentingan presentasi. Berdasarkan pola penyajian yang telah dikemukakan
sebelumnya bahwa Microsoft Office Power Point yang digunakan untuk
presentasi dalam classical learning disebut
personal presentation. Microsoft Office Power Point pada pola penyajian
ini digunakan sebagai alat bantu bagi guru untuk menyampaikan materi dan
kontrol pembelajaran terletak pada guru.
Riyana (2008:103) mengatakan prosedur pengembangan
media menggunakan Microsoft Office Power Point dilakukan melalui
empat tahap yaitu identifikasi program, mengumpulkan bahan pendukung, proses
pembuatan di Microsoft Office Power Point dan penggunaan
program tersebut yang sebelumnya telah dilakukan reviw program. Identifikasi program dimaksudkan untuk melihat
kesesuaian antara program yang dibuat dengan materi, sasaran dan sumber
pendukung seperti animasi, gambar, video dan sebagainya. Mengumpulkan bahan
pendukung dapat dilakukan dengan cara memproduksi sendiri bahan-bahan yang
diperlukan dan dapat dilakukan dengan cara browsing.
Setelah bahan terkumpul selanjutnya proses pengerjaan di Microsoft Office Power Point sampai selesai.
Setiap sekolah memiliki fasilitas berbeda.
Ketersedian media yang dapat menunjang proses belajar mengajar antara sekolah
yang satu dengan sekolah lain berbeda. Keterbatasan akan media tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sulitnya memperoleh media yang sesuai
dengan materi yang sedang diajarkan kepada siswa, keterbatasan dana, cepat
rusak, kurang dukungan dari pimpinan dan lain sebagainya.
Keterbatasan akan adanya media seperti perangkat
presentasi yang diperlukan sebagai alat yang mampu menampilkan informasi yang
terdapat pada Microsoft Office Power Point dapat diatasi dengan
menggunakan pola penyajian stand alone. Daryanto
(2006:31) mengatakan stand alone adalah
pola penyajian Microsoft Office Power Point yang dirancang khusus
untuk pembelajaran individual yang bersifat interaktif. Setiap siswa dapat
mempelajari materi pelajaran secara individual. Siswa dapat belajar sesuai
dengan kemampuannya sehingga penggunaan Microsoft
Office Power Point dengan pola
penyajian stand alone diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
5.
Pengertian
Hasil Belajar
Proses belajar mengajar dilakukan untuk mencapai
suatu tujuan yang telah dirumuskan. Pada umumnya hasil belajar meliputi
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil belajar yang akan diperoleh siswa
setelah menempuh pengalaman belajarnya atau proses belajar mengajar. Sudjana
(2006:22) mengatakan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Proses belajar mengajar dan hasil belajar saling
berhubungan karena dalam kegiatan belajar mengajar terdapat tujuan yang akan
dicapai. Siswa yang sebelumnya tidak tahun menjadi tahu dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti setelah belajar. Hamalik (2006:30) mengatakan hasil belajar
adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada
orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti.
Thobroni (2011:19) mengatakan bahwa belajar berhubungan dengan
perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi tertentu. Slameto (2010:2)
mengatakan belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan
yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali sifat maupun jenisnya. Oleh
karena itu, sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan
perubahan dalam arti belajar.
Poerwanto (2009:28) mengatakan hasil belajar adalah prestasi yang
dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam
raport. Hasil belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan
seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang
dicapainya. Sedangkan Nasution (2010:17) menjelaskan pengertian hasil belajar
sebagai berikut:
Hasil belajar
adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Hasil
belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni kognitif, afektif
dan psikomotor, sebaliknya dikatakan hasil kurang memuaskan jika seseorang
belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.
Thobroni (2011:22) mengatakan hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan. Djamarah (2008:45) mengatakan
bahwa hasil belajar adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan pernah
dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah
prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan
keuletan, sungguh-sungguh, kemauan yang tinggi dan rasa optimisme dirilah yang
mampu untuk mancapainya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima,
menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar
mengajar. Hasil belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu
dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau
raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar
mengajar. Hasil belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil
dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya hasil belajar
siswa. Hasil belajar merupakan prestasi yang
diperoleh setelah melakukan suatu kegiatan yang dimana akan menimbulkan
suatu perubahan-perubahan pada diri individu.
6.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Belajar sebagai proses atau aktivitas disyaratkan
oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar sangat beragam. Suryabrata (2010:233) mengatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dibagi dua yaitu faktor yang berasal dari luar diri
pelajar yang meliputi faktor nonsosial dan faktor sosial, serta faktor yang
berasal dari dalam diri pelajar yaitu faktor fisiologis dan psikologis.
a.
Faktor
Nonsosial dalam Belajar
Lingkungan alami merupakan lingkungan fisik di sekitar anak berupa
berbagai fenomena alam maupun keadaan lingkungan tempat anak hidup. Lingkungan
alami akan membawa dampak besar terhadap hasil belajar anak. Apabila kondisi lingkungan mendukung
proses belajar anak maka dapat dipastikan hasil belajar anak akan maksimal.
Suryabrata (2010:233) mengatakan bahwa kelompok faktor
nonsosial meliputi keadaan udara, suhu udara, cuaca, eaktu, tempat, dan
alat-alat yang digunakan untuk belajar. Semua faktor tersebut harus diatur
sedemikian rupa sehingga dapat membantu proses atau perbuatan belajar secara
maksimal.
b.
Faktor-faktor
Sosial dalam Belajar
Suryabrata
(2010:234) mengatakan bahwa faktor sosial dalam belajar adalah faktor manusia baik manusia itu ada
maupun kehadirannya dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Kehadiran
orang atau orang lain pada waktu seseorang belajar banyak sekali mengganggu
belajar atau sebaliknya. Oleh karenanya diperlukan lingkungan belajar sosial
yang kondusif untuk belajar.
Hasil belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di
luar diri individu, baik faktor fisik maupun sosial psikologis pada lingkungan
keluarga, sekolah maupun masyarakat. Masing-masing kondisi lingkungan akan
memberikan pengaruh terhadap hasil belajar seseorang.
Munardji
(2004:133) mengatakan lingkungan sosial adalah manusia atau sesama manusia,
baik manusia itu ada (kehadirannya) ataupun tidak langsung hadir. Kehadiran
orang lain pada waktu sedang belajar, sering kali mengganggu aktivitas belajar.
Menurut Asrori (2008:162) lingkungan sosial dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa dapat dibedakan menjadi tiga yaitu lingkungan sosial siswa di rumah,
lingkungan sosial siswa di sekolah dan
lingkungan sosial dalam masyarakat.
Selain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah juga memegang peranan penting
bagi perkembangan belajar seseorang. Dalam masalah lingkungan sekolah Munardji
(2004:138) menjelaskan bahwa lingkungan sekolah yang mempengaruhi keberhasilan
belajar adalah lingkungan fisik beserta komponennya seperti kondisi sekolah serta
kelengkapan sarana serta prasarana penunjang proses belajar.
Segala sesuatu di sekolah akan sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan belajar seseorang. Lebih lanjut Slameto (2010:64)
mengatakan bahwa faktor sekolah mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan murid, siswa dengan siswa, disiplin sekolah
metode belajar, keadaan gedung serta standar pelajaran.
Lingkungan masyarakat siswa atau individu berada juga
berpengaruh terhadap semangat serta aktivitas belajarnya. Lingkungan masyarakat
yang warganya memiliki latar belakang pendidikan cukup, terdapat
lembaga-lembaga pendidikan sertan sumber-sumber belajar di dalamnya akan
memberikan pengaruh positif terhadap semangat dan perkembangan belajar generasi
mudanya.
c.
Faktor-faktor
Fisiologis dalam Belajar
Faktor fisiologis adalah faktor berkaitan dengan kondisi
fisik seseorang atau kondisi jasmaniah seseorang. Faktor ini merupakan faktor
bawaan dalam diri seorang individu, melekat pada dirinya, serta sebagian
menjadi karakteristik dirinya. Slameto (2010:54) menyebutkan bahwa faktor
jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. Faktor fisiologis ini ada
bersifat permanen seperti cacat tubuh permanen, ada pula bersifat sementara
seperti kesehatan.
Faktor jasmani mencakup kondisi serta kesehatan jasmani
dari individu. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta
bagian-bagiannya. Dalam proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan
seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat,
mudah pusing serta berkurangnya fungsi dari alat-alat inderanya. Agar orang
dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap
terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja,
belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi serta ibadah.
Selain dari kesehatan, cacat tubuh juga merupakan faktor
penentu dari hasil belajar. Cacat tubuh adalah suatu penyebab kurang baik atau
kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Sukmadinata (2005: 225) mengatakan.
Keadaan cacat tubuh akan mempengaruhi belajar. Siswa dengan cacat tubuh
biasanya mengalami tekanan dalam batinnya yang mengakibatkan kurang percaya
diri. Oleh karena itu siswa cacat belajarnya akan sangat terganggu. Anak yang
cacat tubuh hendaknya belajar pada lembaga pendidikan khusus.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
keadaan jasmani yang perlu diperhatikan dalam belajar adalah kondisi fisik
normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir.
Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera,
anggota tubuh. Selain itu kondisi kesehatan fisik sehat serta segar sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik ada
beberapa hal perlu diperhatikan antara lain makan, minum teratur, olah raga
serta cukup tidur.
d.
Faktor
Psikologis dalam Belajar
Faktor psikologis mempengaruhi hasil belajar meliputi segala hal berkaitan dengan kondisi
mental kejiwaan seseorang. Aspek psikis atau kejiwaan tidak kalah pentingnya
dalam belajar dengan aspek jasmaniah. Slameto (2010:55) mengatakan
sekurang-kurangnya ada tujuh faktor mempengaruhi belajar yaitu inteligensi,
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan. Untuk kelancaran
belajar bukan hanya dituntut kesehatan jasmaniah tetapi kesehatan rohaniah atau
psikis pula.
Orang sehat psikisnya adalah orang terbebas dari tekanan
batin mendalam, frustasi, konflik-konflik psikis, terhindar dari
kebiasaan-kebiasaan buruk mengganggu perasaan. Orang sehat psikisnya akan
merasakan kebahagiaan serta dapat menyerap pelajaran lebih optimal.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
faktor psikologis dalam belajar meliputi seluruh keadaan psikologi anak yang
sedang belajar. Apabila keadaan psikologis anak baik maka dimungkinkan akan
memperoleh hasil
belajar dengan baik pula dan sebaliknya.
7.
Hakikat
Pembelajaran IPS Terpadu
Model
pembelajaran terpadu merupakan
salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan
pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD/MI) sampai
dengan Sekolah Menengah Atas (SMA/MA). Model pembelajaran terpadu pada
hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta
didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan
menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik (Depdiknas, 2006:3).
Hakikat
IPS, adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial
selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dengan kemajuan teknologi pula sekarang
ini orang dapat berkomunikasi dengan cepat dimanapun mereka berada melalui
handphone dan internet. Kemajuan Iptek menyebabkan cepatnya komunikasi antara
orang yang satu dengan lainnya, antara negara satu dengan negara lainnya.
Dengan demikian maka arus informasi akan semakin cepat pula mengalirnya. Oleh
karena itu diyakini bahwa orang yang menguasai informasi itulah yang akan menguasai
dunia.
Berdasarkan
penjelasan tersebut, maka IPS merupakan suatu pendekatan interdsipliner (Inter-disciplinary Approach) dari
pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang
Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial,
sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. IPS terpadu dalam
penelitian ini dikhususkan pada bidang ekonomi.
Berdasarkan
pada falsafah negara tersebut, maka telah dirumuskan tujuan pendidikan
nasional, yaitu:
Membentuk
manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk membentuk manusia yang sehat
jasmani dan rokhaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat
mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi
dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan
disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya, dan mencintai sesama
manusia sesuai ketentuan yang termaksud dalam UUD 1945 pasal 32. (Mastuhu, 2008:18)
/ Sumaatmaja (2006:20)
menjelaskan tujuan pembelajaran IPS sebagai berikut:
Mata
pelajaran IPS bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap
masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif
terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi
setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri
maupun yang menimpa kehidupan masyarakat.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, dalam implementasinya
perlu dilakukan berbagai studi yang
mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan pengembangan
sebagai konsekuensi dari suatu inovasi pendidikan. Salah satu bentuk efisiensi
dan efektivitas implementasi kurikulum, perlu dikembangkan berbagai model
pembelajaran yang salah satunya adalah model pembelajaran terpadu.
Trianto (2010:6) mengatakan bahwa model pembelajaran terpadu pada
hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa baik
secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep
serta prinsip secara holistik dan autentik. Model pembelajaran terpadu
merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk
diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar
sampai dengan Sekolah Menengah Atas. Perolehan keutuhan belajar, pengetahuan,
serta kebulatan pandangan tentang kehidupan dan dunia nyata dapat direfleksikan
melalui pembelajaran terpadu.
G.
Metodologi
Penelitian
1.
Variabel Penelitian
Arikunto
(2006:116) mengatakan variabel penelitian adalah gejala yang bervariasi dalam
penelitian. Variabel penelitian dapat dibedakan menjadi dua yaitu variabel
bebas dan variabel terikat. Arikunto (2006:119) menjelaskan bahwa variabel
bebas adalah variabel yang mempengaruhi sedangkan variabel terikat adalah
variabel luar yang merupakan variabel akibat. Dalam penelitian ini terdapat
satu variabel bebas yaitu penggunaan media Power
Point (X) dan satu variabel terikat yaitu hasil belajar IPS Terpadu siswa
kelas VIII SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung (Y). Lebih jelasnya variabel
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Variabel Bebas (X)
|
|
Variabel Terikat (Y)
|
Penggunaan
Media Power Point
|
Hasil
Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung
|
2.
Definisi Operasional Variabel
Sedarmayanti (2006:52) mengatakan bahwa definisi
operasional adalah definisi yang terdapat dalam hipotesis, atau definisi yang pada
intinya merupakan merupakan penjabaran lebih lanjut secara lebih konkrit dan
tegas dari suatu konsep. Berdasarkan definisi tersebut difinisi operasional
dari variabel penelitian ini sebagai berikut:
1.
Power
Point merupakan salah satu program dalam Microsoft Office, yang merupakan program
aplikasi yang dirancang secara khusus untuk menampilkan program multimedia.
2.
Hasil belajar IPS Terpadu adalah kecakapan dan perubahan
dalam diri siswa dalam memahami berbagai konsep IPS dan mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari meliputi prestasi akademik serta non akademik.
3.
Jenis Penelitian
Metode
penelitian dalam penulisan karya ilmiah mutlah diperlukan agar alur penulisan
karya tersebut betul-betul sistematis, tidak simpang siur sehingga alur
permasalahan dan penyelesaian masalahnya dapat ditulis dengan lancar dan
sempurna. Metode penelitian menurut Moelong (2006:43) adalah seperangkat cara dalam proses yang sistematis
diperlukan dalam perencanaan dan juga dalam pelaksanaan penelitian.
Penelitian
ini adalah penelitian yang bersifat kuantitatif. Sedarmayanti (2006:35)
menjelaskan pengertian penelitian kuantitatif sebagai berikut.
Penelitian
kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasarkan oleh falsafah positivisme
yaitu ilmu valid, ilmu dibangun dari empiris, teramati, terukur, menggunakan
logika matematika dan dapat membuat generalisasi atas rerata. Teori kebenaran
dianut oleh positivis termasuk teori korespondensi antara pernyataan atau
verbal dengan realitas emirik atau objeknya. Metode kualitatif menghendaki
objek penelitian spesifik serta membatasi sejumlah tata fikir kategorisasi,
intervalisasi dan kontinuasi.
Sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai, penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif. Sugiyono (2009:7) mengatakan metode kuantitatif adalah metode
penelitian dengan data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan
statistik. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif
dengan pendekatan korelasional. Sedangkan Soedarmayanti (2002:34) mengatakan
penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang didasari oleh falsafah
positivis yaitu ilmu valid, ilmu empiris, teramati, terukur, menggunakan logika
matematika serta membuat generalisasi atas rerata.
Metode
penelitian memiliki berbagai macam bentuk pendekatan. Salah satu bentuk
pendekatan dalam penelitian adalah pendekatan korelasional. Arikunto (2006:239)
mengatakan pendekatan korelasional bertujuan untuk menemukan ada tidaknya
hubungan, dan apabila ada, seberapa eratnya hubungan serta berarti atau
tidaknya hubungan itu.
Berdasarkan
penjelasan tersebut, penelitian kuantitatif berarti penelitian yang menggunakan
teknik analisis statistik untuk menganalisa data dan menarik kesimpulan. Data
diperoleh melalui berbagai instrument pengumpulan data.
4.
Populasi dan Sampel
a.
Populasi
Arikunto
(2006:130) mengatakan populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Lebih
lanjut Arikunto (2006.130) menjelaskan apabila seseorang ingin meneliti tingkat
atau ukuran semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian maka penelitian
tersebut merupakan penelitian kuantitatif.
Sugiyono
(2006:55) mengatakan populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas objek
atau subjek mempunyai kuantitas serta karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan
penjelasan tersebut populasi merupakan objek penelitian atau sesuatu yang
diteliti.
Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Buay Pemuka
Peliung Kabupaten OKU Timur tahun pelajaran 2011-2012 yang berjumlah 71 siswa.
Adapun siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung yang menjadi populasi
penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tabel 1
Populasi Penelitian
No
|
Kelas
|
Jumlah
populasi
|
1
|
VIII-A
|
23 siswa
|
2
|
VIII-B
|
23 siswa
|
3
|
VIII-C
|
25 siswa
|
JUMLAH
|
71
siswa
|
Sumber: Laporan Bulan Januari 2012 SMP Negeri 2 Buay Pemuka Peliung
b.
Sampel
Sampel
penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2006:131). Sugiyono (2006:56) mengatakan sampel adalah sebagian dari jumlah
serta karakteristik dimiliki oleh populasi. Apabila populasi besar sedangkan
peneliti tidak mungkin mempelajari semuanya, maka peneliti dapat menggunakan
sampel dari populasi tersebut. Pengambilan sampel harus representatif dalam
artian harus dapat mewakili seluruh populasi yang ada.
Sampel
harus mewakili populasi atau representatif, artinya mampu menggambarkan secara
maksimal keadaan populasi tersebut agar kesimpulan yang diambil benar. Arikunto
(2006:134) mengatakan apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil
semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, tapi jika subjeknya
besar dapat diambil antara 10%-15%, 20%-25% atau lebih tergantung dari
kemampuan meneliti, luas sempitnya wilayah, besar kecilnya resiko yang
ditanggung oleh peneliti.
Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah cluster sampling atau area sampling. Sugiyono (2006:59) mengatakan
teknik cluster sampling adalah teknik
pengambilan sampel dengan cara menentukan daerah atau bagian. Teknik ini
digunakan apabila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Teknik
ini dilaksanakan dengan menggunakan stratified
random sampling. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara memberikan nomor pada setiap kelas. Sesuai dengan jumlah kelas yang
ada yaitu 3 kelas maka tiap kelas mendapatkan nomor urut 1, 2, dan 3. Langkah
selanjutnya adalah mengambil nomor secara acak. Nomor kelas yang muncul
kemudian dijadikan sampel penelitian.
Berdasarkan
hasil pengambilan sampel tersebut, nomor yang keluar adalah nomor 3. Oleh
karena itu, peneliti mengambil sampel kelas kelas VIII-C SMP Negeri 2 Buay Pemuka
Peliung. Lebih jelasnya sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut:
Tabel 2
Sampel Peneltian
NO
|
Nama
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Total
|
1
|
Ahmad Idrus
|
√
|
|
|
2
|
Anggi Mahesa
|
√
|
|
|
3
|
Arisa Dona
|
|
√
|
|
4
|
Arista Pratama
|
√
|
|
|
5
|
Beliyani
|
|
√
|
|
6
|
Bukhori Agus S.
|
√
|
|
|
7
|
Candara
|
√
|
|
|
8
|
Dedi Adikto
|
√
|
|
|
9
|
Dewi Fitri
|
|
√
|
|
10
|
Dobi Riansah
|
√
|
|
|
11
|
Enika Novita Sari
|
|
√
|
|
12
|
Indra Setiawan
|
√
|
|
|
13
|
Kadek Mastrawan
|
√
|
|
|
14
|
Liga Bp Ramsai
|
|
√
|
|
15
|
Mellisya Novita S
|
|
√
|
|
16
|
Nanda Rizkia
|
|
√
|
|
17
|
Reni Anggraini
|
|
√
|
|
18
|
Selly Oktari
|
|
√
|
|
19
|
Shinta Bella M
|
|
√
|
|
20
|
Tya Ahrini
|
|
√
|
|
21
|
Uswatun Hasanah
|
|
√
|
|
22
|
Wasis Prasetyo
|
√
|
|
|
23
|
Ridwan
|
√
|
|
|
24
|
Rika Mawarni
|
|
√
|
|
25
|
Sulistiyawati
|
|
√
|
|
Jumlah
|
11
|
14
|
25
|
5.
Metode Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan data merupakan cara yang ditempuh untuk mendapatkan data yang
konkrit dari suatu objek yang diteliti. Mengumpulkan data berarti mencatat
peristiwa penting atau mencatat karakteristik elemen. Arikunto (2006:160)
mengatakan metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya. Variasi metode yang dimaksud adalah angket,
tes, dokumentasi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kuesioner atau angket dan metode tes.
a.
Kuesioner
atau Angket
Kuesioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia
ketahui. Teknik kuesioner merupakan cara mengumpulkan data dengan menyampaikan
daftar seperangkat pertanyaan baik langsung maupun melalui pos kepada responden
penelitian.
Berkaitan
dengan kuesioner, Hamdani (2008:76) mengatakan bahwa kuesioner ada dua macam
yaitu kuesioner berstruktur dan kuesioner tidak berstruktur. Kuesioner
berstruktur atau tertutup berisi pertanyaan disertai dengan pilihan jawaban.
Kuesioner tidak berstruktur pertanyaan tidak disertai dengan jawaban.
Berdasarkan
penjelasan tersebut dapat ditarik suatu pengertian bahwa kuesioner adalah
penyelidikan mengenai suatu masalah dengan cara memberikan daftar pertanyaan
kepada responden untuk mendapatkan informasi, keterangan, tanggapan, atau hal
lain yang diketahui secara tertulis. Peneliti menggunakan teknik ini untuk
mendapatkan data variabel X yaitu penggunaan media power poit.
Metode
angket digunakan dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang
berstruktur kepada responden. Angket yang digunakan adalah angket tertutup,
artinya jawabannya sudah disediakan dan responden tinggal memilih jawaban yang
menurutnya paling cocok. Angket dibuat sebanyak 20 item soal pertanyaan dengan
4 alternatif jawaban yaitu a, b, c, dan d dengan penskoran jawaban a=4, b=3,
c=2, d=1 (Hamdani, 2008:71).
b.
Tes
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan tes. Tes adalah seperangkat stimuli
yang diberikan kepada seseorang dengan maksud
untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka (Hamdani, 2008:77).
Teknik ini peneliti gunakan untuk menganalisis sejauh mana pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang dibuat peneliti terkait dengan
materi pelajaran. Tes disusun sebanyak 20 nomor dengan bentuk pilihan berganda
yaitu a, b, c, d, dan e. Tes diberikan kepada seluruh siswa yang menjadi sampel
penelitian dan dilakukan di akhir pembelajaran.
c.
Observasi
Observasi disebut juga dengan pengamatan. Hamdani
(2008:72) mengatakan bahwa
pengamatan atau observasi diklasifikasikan atas pengamatan terbuka dan
pengamatan tertutup pengamatan terbuka diketahui oleh subjek sedangkan sebaliknya para subjek dengan sukarela memberikan kesempatan kepada
pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi dan mereka menyadari bahwa ada
orang yang mengamati hal yang dilakukan oleh mereka. Sedangkan pengamatan
tertutup berarti pengamat beroperasi dan mengadakan pengamatan tanpa diketahui
oleh subjeknya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, observasi yang
dilaksakan dalam penelitian ini adalah observasi terbuka dengan cara berperan serta
yaitu peneliti berperan serta melakukan dua
peranan sekaligus yaitu sebagai pengamat serta sekaligus menjadi objek
observasi. Teknik ini digunakan untuk mengobservasi aktivitas belajar siswa berdasarkan ketentuan yaitu siswa selalu bersemangat dan komunikatif ketika menyimak setiap
materi, selalu bertanya tentang materi, aktif dalam berdiskusi serta selalu mengerjakan tugas.
6.
Metode Analisis Data
Analisis
data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan
dengan menggunakan cara-cara rumus-rumus tertentu. Hasan (2004:24) menjelaskan
sebagai berikut:
Analisis data
adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasi ke dalam pola, kategori dan
satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Bogdan Taylor analisa data adalah proses
yang merinci usaha formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis seperti
yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema
dan hipotesis itu.
Proses
analisis data penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment dengan rumus sebagai
berikut:
Keterangan:
rxy =
Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N =
Banyak responden
X = Jumlah skor variabel bebas
Y = Jumlah skor variabel terikat
(Sudijono, 2009:206)
Korelasi
product moment dilambangkan (r)
dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1≤ r ≤ + 1). Apanila nilai r
= -1 artinya korelasi negatif sempurna artinya tidak ada korelasi, dan r = 1
berarti korelasinya sangat kuat. Pencarian harga r fakta antara penggunaan
media Power Point dengan hasil belajar
siswa dikonsultasikan dengan tabel 3 berikut.
Tabel 3
Interprestasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefesien
|
Tingkat Hubungan
|
0,80– 1,00
0.60 – 0.80
0,40 – 0,60
0,20 – 0,40
0,00 – 0,20
|
Korelasi Sangat tinggi
Korelasi Tinggi
Korelasi Sedang
Korelasi Rendah
Korelasi Sangat rendah
|
Sumber
data Sudijono (2009: 193)
Langkah
selanjutnya yaitu menguji hipotesis
menggunakan uji Z pada taraf nyata 5
% (0,05) dengan
nilai Z pada tabel = 1,96. Penentuan uji Z dilakukan dengan
menggunakan rumus:
Z (Hasan,
2006: 97).
Kriteria pengujian.
1.
Ho
diterima (Ha
ditolak) apabila - Z ά/2 < Zo < Z ά/2
2.
Ho ditolak
(Ha diterima) apabila Zo > Z ά/2 atau - Zo < - Z ά/2
Setelah diketahui indeks korelasi dan pengujian hipotesis,
langkah selanjutnya adalah menentukan koefisien penentu untuk mengetahui besar
kontribusi variabel X terhadap variabel Y. Koefisien penentu dicari dengan
menggunakan rumus:
KP = r2 X 100%.
Keterangan:
KP = Koefisien
Penentu
r2 =
Indeks Korelasi
Melalui
perhitungan koefisien penentu akan dapat ditentukan besar pengaruh X terhadap Y. Dengan demikian akan dapat dilakukan
analisis lebih jauh terkait pelayanan pembelajaran yang akan diberikan kepada
siswa. Melalui koefisien penentu, guru dapat menganalisis pengaruh penggunaan
media Power Point terhadap hasil
belajar siswa serta menyelidiki faktor-faktor penentu keberhasilan belajar
lainnya.
H.
Sistematika
Penulisan
Untuk
menghasilkan suatu pembahasan yang lebih runtut, penulis susun sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bagian ini terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bagian ini terdiri atas pengertian media pembelajaran,
manfaat media pembelajaran, jenis-jenis media pembelajaran, pengertian Power Point, pengertian hasil belajar,
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, tipe-tipe hasil belajar, dan
hakikat pembelajaran IPS Terpadu.
BAB III METODOLOGI
PENELITIAN
Bagian ini terdiri atas jenis penelitian, variabel
penelitian, devinisi operasional variabel, populasi dan sampel, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data dan hipotesis penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bagian ini terdiri atas deskripsi wilayah penelitian,
penyajian data, pengolahan data hasil penelitian, dan pembahasan hasil
penelitian.
BAB V PENUTUP
Bagian ini terdiri
atas kesimpulan dan saran
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
I.
Jadwal
Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011-2012 yaitu pada bulan Februari
sampai dengan bulan April 2012. Untuk lebih jelasnya, kegiatan-kegiatan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4
Jadwal Penelitian
No
|
Kegiatan
|
Februari
|
Maret
|
April
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Perencanaan
|
√
|
|||||||||||
2
|
Persiapan
|
√
|
|||||||||||
3
|
Evaluasi
|
√
|
|||||||||||
4
|
Pengajuan Judul
|
√
|
|||||||||||
5
|
Pengajuan Proposal
|
|
√
|
||||||||||
6
|
Seminar Proposal
|
|
√
|
||||||||||
7
|
Perbaikan Proposal
|
|
√
|
||||||||||
8
|
ACC Proposal
|
|
|||||||||||
9
|
Pelaksanaan Skripsi
|
|
|||||||||||
10
|
Bab I
|
|
|||||||||||
11
|
Bab II
|
|
|||||||||||
12
|
Bab III
|
|
|||||||||||
13
|
Bab IV
|
|
|||||||||||
14
|
Bab V
|
|
|||||||||||
15
|
Munaqasyah
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Lif
Khoiru. 2010. Strategi Pembelajaran
Sekolah Berstandar Internasional dan Nasional. Jakarta: PT Pustaka Raya.
Al-Muchtar.
2008. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta:Imperial Bhakti Utama.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. 2011. Media
Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.
Asrori,
Mohammad. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung:
CV. Wacana Prima.
Daryanto. 2006. Belajar Komputer Visual Basic. Bandung:
CV Yrama Widya.
Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung: Satu Nusa.
Depdiknas. 2006.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:
Depdiknas.
Dimyati dan
Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah,
Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah,
Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Djamarah,
Syaiful Bahri. 2010. Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar.
2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Bumi
Aksara.
Hamdani, Nizar
Alam. 2008. Classroom Action Research;
Teknik Penulisan dan Contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Jakarta: Rahayasa.
Ibrahim, Hasan.
2008. Pengembangan Media Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Moleong, Lexy J.
2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Munardji. 2004. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Bina Ilmu.
Mustofa, Arif.
2011. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Aruzz Media.
Nasution, S.
2010. Berbagai Pendekatan dalam Proses
Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto,
Ngalim. 2009. Psikologi Pendidikan.
Jakarta:Rineka Cipta.
Riyana, Ilyasih.
2008. Pemanfaatan OHP dan Presentasi
dalam Pembelajaran. Jakarta: Cipta Agung.
Sadiman, Arief
S. 2008. Media Pendidikan;Pengertian,
Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sadiman. 2007. Media
Pendidikan. Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, Wina.
2010. Perencanaan dan Desain Sistem
Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Sedarmayanti. 2006. Metodologi Penelitian. Bandung: Mandar
Maju.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka
Cipta.
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta:PT
Remaja Rosdakarya.
Sudjana, Nana.
2006. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiyono.
2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Sukmadinata,
Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologis
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sumaatmaja. 2006.
Modul Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial. Jakarta:Depdiknas.
Sumiati dan
Azra. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung:
CV Wacana Prima
Suryabrata,
Sumadi. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Thobroni,
Muhammad dan Mustofa, Arif. 2011. Belajar
dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam
Pembangunan Nasional. Yogyakarta: Ar-Ruz Media.