UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DEDUKTIF
MELALUI PENERAPAN METODE GROUP
INVESTIGATION SISWA KELAS VIII SMP YIS MARTAPURA KABUPATEN OKU TIMUR TAHUN
PELAJARAN 2011-2012
A.
Pendahuluan
1.
Latar Belakang Masalah
Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan
berkembang serta meningkatnya kemampuan siswa, situasi, kondisi lingkungan,
pengaruh informasi maupun kebudayaan, serta berkembangnya ilmu pengetahuan
teknologi. Permasalahan pendidikan terjadi dalam semua mata pelajaran tidak
terkecuali pembelajaran bahasa Indonesia. Permasalahan pendidikan terkait
dengan peningkatan kemampuan berkomunikasi siswa. Pembelajaran bahasa Indonesia
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik berkomunikasi. Nazar
(2006: 2) mengatakan “bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi untuk
menyebarluaskan informasi tentang kegiatan ilmiah dalam berbagai bidang ilmu,
baik ilmu-ilmu sosial, kemanuasiaan, sains, maupun teknologi”. Kemampuan dikembangkan dalam pembelajaran
bahasa adalah daya tangkap makna,
peran, daya tafsir, menilai, serta mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan
menjadi kebahasaan, pemahaman, maupun penggunaan.
Salah satu tujuan
pengajaran bahasa Indonesia secara umum adalah agar siswa memiliki disiplin
dalam berpikir serta berbahasa. Kebiasaan seseorang berpikir logis akan sangat
membantu dalam pengajaran bahasa. Tarigan (2008: 1) mengatakan ”dalam
pengajaran bahasa dikenal adanya empat keterampilan berbahasa yang perlu
dicapai siswa, yaitu keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara,
keterampilan membaca, serta keterampilan menulis”.
Keempat
keterampilan tersebut saling berhubungan, tidak boleh dipisah-pisahkan, harus
dikuasai apabila ingin benar-benar menguasai bahasa itu sendiri, karena setiap
keterampilan erat sekali berhubungan dengan proses berpikir sebagai dasar
bahasa. Keterampilan senantiasa
harus diasah serta dilatihan untuk dapat menjadi keahlian.
Nurjamal (2011: 2)
mengatakan “pendidikan pada dasarnya bertujuan untk membina anak atau peserta
didik agar memiliki engetahuan, keterampilan, dan sikap positif dalam menjalani
kehidupan”. Oleh karena itu, suatu proses pendidikan dan pembelajaran dikatakan
berhasil apabila peserta didik memperleh perubahan kea rah yang lebih baik
dalam menambahkan pengetahuan, perubahan penguasaan keterampilan dan perubahan
positif menuju pendewasaan sikap atau perilaku.
Berkaitan dengan pembelajaran bahasa, Chaer (2011: 1)
menjelaskan sebagai berikut.
Pembelajaran bahasa sebagai salah satu masalah kompleks
manusia, selain berkenaan dengan masalah bahasa juga berkenaan dengan masalah
kegiatan berbahasa. Sedangkan kegiatan berbahasa itu bukan hanya berlangsung
secara mekanistik, tetapi juga berlangsung secara mentalistik. Artinya,
kegiatan berbahasa itu berkaitan juga dengan proses atau kegiatan mental.
Keempat
keterampilan berbahasa saling berhubungan, tidak dapat dipisah-pisahkan serta
harus dikuasai apabila ingin benar-benar menguasai bahasa itu sendiri, karena
setiap aspek keterampilan berbahasa erat sekali hubungannya dengan proses
berpikir yang mendasari bahasa. Tarigan (2008: 1) mengatakan “bahasa seseorang
mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa semakin cerah dan
jelas pula jalan pikirannya”. Nova (2011: 14) mengatakan.
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang
grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga
orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa
yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang
grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik tersebut. Menulis
adalah aktivitas seseorang dalam menuangkan ide-ide, pikiran, dan perasaan
secara logis dan sistematis dalam bentuk tertulis sehingga pesan tersebut dapat
dipahami oleh para pembaca. Intinya menulis adalah aktivitas komunikasi dengan
menggunakan media tulisan.
Penjelasan Nova
tersebut mengisyaratkan bahwa menulis atau mengarang mengandung arti tindakan
menyusun, mengatur, mengikat. Menulis atau mengarang adalah mengutarakan
sesuatu dengan menggunakan bahasa secara tertulis. Dengan mengutarakan itu
dimaksudkan menyampaikan, memberitakan, menceritakan, melukiskan, menerangkan,
meyakinkan, menjelmakan, dan sebagainya.
Tarigan (2008: 22)
mengatakan “menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik
yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang
lain dapat membaca lambang-lambang grafik itu”. Dalam kegiatan menulis, penulis
haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata.
Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus
melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur. Dalam kehidupan modern ini
jelas bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Kiranya tidaklah terlalu
berlebihan bila dukatakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari
orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Sehubungan dengan urgensitas
kegiatan menulis,
Berdasarkan pendapat
tersebut menulis hanya sekedar mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat dalam
bahasa tulis, lepas dari mudah tidaknya tulisan tersebut dipahami oleh pembaca.
Ide, gagasan maupun pendapat ditungkan dalam tulisan dengan beberapa paragraf.
Oleh karenanya, untuk menuliskan ide maupun gagasan harus dimulai dengan
pemahaman terhadap paragraf.
Paragraf
biasa
disebut dengan alinea. Nazar
(2006: 94) mengemukakan “paragraf atau alenia adalah seperangkat kalimat yang
mengandung sekelompok ide saling berkaitan serta bernaung di bawah satu ide
pokok”. Ditinjau dari segi penampilannya dalam suatu wacana, paragraf adalah
bagian wacana ditandai oleh baris pertama menjorok ke dalam atau oleh jarak
spasi lebih dari jarak spasi baris kalimat-kalimat lainnya.
Salah
satu bentuk paragraf adalah paragraf deduktif. Nazar (2006: 99) mengatakan
bahwa “paragraf deduktif adalah paragraf dengan ide utama terdapat pada kalimat
pertama paragraf”. Kalimat pertama dalam paragraf deduktif adalah ide pokok
sedangkan kalimat-kalimat selanjutnya adalah penjelas ide pokok tersebut.
Berdasarkan penjelasan tersebut,
pembelajaran menulis paragraf adalah salah satu materi penting dalam
pembelajaran bahasa Indonesia. Namun demikian, pembelajaran menulis paragraf
kini mulai ditinggalkan. Selain daripada itu, siswa terlihat kurang termotivasi
dalam mengikuti pembelajaran menulis. Keadaan demikian mengakibatkan rendahnya
kreativitas menulis siswa.
Pembelajaran sebagaimana tersebut
terlihat di kelas VIII SMP YIS Martapura. Berdasarkan pengamatan peneliti
sebagai guru di sekolahan tersebut, siswa kelas VIII SMP YIS Martapura terlihat
lesu, bosan, malas serta kurang termotivasi mengikuti pembelajaran bahasa
Indonesia aspek menulis. Keadaan tersebut mengakibatkan rendahnya kreativitas
menulis siswa kelas VIII SMP YIS Martapura yang berimplikasi pada rendahnya
keterampilan menulis paragraph deduktif.
Permasalahan sebagaimana tersebut perlu
mendapatkan perhatian serta harus diupayakan tindakan perbaikan. Perbaikan
kreativitas menulis siswa dapat dimulai dari pemilihan metode pembelajaran yang
dalam hal ini peneliti menetapkan metode group
investigation dalam pembelajaran bahasa Indonesia aspek menulis paragraf
deduktif.
Hernawan (2006:
27) menjelaskan bahwa ”group investigation mengambil
model yang berlaku dalam masyarakat, terutama mengenai cara anggota masyarakat
melakukan proses mekanisme sosial melalui serangkaian kesepakatan sosial.”
Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan dalam
berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills).
Para siswa memilih topik pelajaran, mengikuti investigasi mendalam terhadap
berbagai subtopik dipilih, menyiapkan kemudian menyajikan dalam suatu laporan
di depan kelas secara keseluruhan. Selain pendapat tersebut, Hermawan (2006:
28) menjelaskan sebagai berikut.
Di dalam metode group investigation terdapat tiga konsep
utama yaitu penelitian atau inquiry,
pengetahuan atau knowledge, dan
dinamika belajar kelompok atau dynamics
of the learning group. Adapun yang
dimaksud dengan penelitian adalah dalam proses ini siswa dirangsang dengan cara
menghadapkannya pada masalah. Masalah tersebut dapat dimbul dari siswa atau
diberikan oleh guru. Sedangkan pengetahuan yaitu pengalaman yang tidak dibawa
dari semenjak lahir tetapi diperoleh oleh individu melalui pengalamannya secara
langsung maupun tidak langsung.
Teknik
presentasi dilakukan di depan kelas dengan berbagai macam bentuk presentasi,
sedangkan kelompok lain menunggu giliran untuk mempresentasikan, mengevaluasi kemudian
memberi tanggapan dari topik dipresentasikan. Melalui identifikasi terhadap ide
pokok dalam paragraf secara berkelompok diharapkan siswa mampu menuliskan
paragraf deduktif dengan baik. Oleh karena itu, peneliti bermaksud mengadakan
suatu tindakan perbaikan dengan judul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Paragraf Deduktif Melalui
Penerapan Metode Group investigation Siswa Kelas VIII SMP YIS Martapura Kabupaten
OKU Timur Tahun Pelajaran 2011-2012”.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil
observasi pendahuluan dapat diidentifikasi bahwa rendahnya kualitas proses maupun
hasil pembelajaran menulis paragraf dedukatif
siswa kelas VIII SMP YIS Martapura tahun pelajaran 2011-2012 disebabkan
oleh beberapa faktor sebagai berikut.
1)
Kurangnya minat belajar bahasa Indonesia aspek menulis
siswa kelas VIII SMP YIS Martapura.
2)
Monotonnya metode pembelajaran guru dalam menjelaskan
materi pembelajaran menulis yaitu hanya menggunakan metode ceramah
konvensional.
3)
Rendahnya pemahaman siswa terhadap materi menulis
sebagai akibat kurangnya waktu bagi siswa untuk berlatih menulis dengan baik.
4)
Siswa kesulitan dalam memilih kosakata untuk menulis
dalam beberapa paragraf.
5)
Siswa kesulitan menentukan ide pokok dalam suatu
paragraf sehingga siswa tidak dapat membedakan jenis-jenis paragraf.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah, guna pembahasan lebih terarah, peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut.
1)
Bagaimanakah keterampilan menulis paragraf deduktif
siswa kelas VIII SMP YIS Martapura Kabupaten OKU Timur sebelum tindakan
perbaikan menggunakan metode group
investigation?
2)
Bagaimanakah keterampilan menulis paragraf deduktif
siswa kelas VIII SMP YIS Martapura Kabupaten OKU Timur setelah tindakan
perbaikan menggunakan metode group
investigation.
3)
Apakah melalui penerapan metode group investigation keterampilan menulis paragraf deduktif siswa
kelas VIII SMP YIS Martapura dapat meningkat?
4. Tujuan Penelitian
Moleong (2005: 81)
mengatakan “tujuan penelitian adalah arah atau maksud diadakannya suatu
penelitian”. Berdasarkan definisi tersebut, sesuai dengan rumusan masalah,
dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut.
1)
Mengetahui keterampilan menulis paragraf deduktif siswa
kelas VIII SMP YIS Martapura Kabupaten OKU Timur sebelum tindakan perbaikan
menggunakan metode group investigation.
2)
Mengetahui keterampilan menulis paragraf deduktif siswa
kelas VIII SMP YIS Martapura Kabupaten OKU Timur setelah tindakan perbaikan
menggunakan metode group investigation.
3)
Mengetahui efektivitas penerapan metode group investigation dalam meningkatkan
keterampilan menulis paragraf deduktif siswa kelas VIII SMP YIS Martapura
Kabupaten OKU Timur.
5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian
ini adalah temuan empiris dari penerapan metode group investigation dalam meningkatkan kreativitas menulis paragraf
deduktif dalam konteks pembelajaran menulis di SMP. Temuan tersebut dipandang
penting untuk dua kegunaan yaitu teoretis dan praktis. Untuk kegunaan teoretis
diharapkan dapat memberi sumbangan konseptual pada pendidikan bahasa, khususnya
dalam pembelajaran menulis di SMP. Penerapan konsep tersebut diharapkan dapat
memberdayakan Konsep Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Secara konseptual temuan
tersebut akan menjadi khazanah keilmuan oleh guru bidang studi, pihak sekolah,
peneliti, maupun siswa bersangkutan. Adapun secara praktis manfaat penelitian
ini sebagai berikut.
1.
Bagi Guru Bahasa Indonesia
Hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru bahasa Indonesia kelas VIII
SMP YIS Martapura sebagai berikut.
1)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
kerangka acuan dalam mengembangkan model maupun metode pembelajaran bahasa
Indonesia.
2)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan koreksi terhadap pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia aspek menulis
terutama menulis paragraf deduktif.
2.
Bagi Sekolah
Hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada sekolah sebagai berikut.
1)
Meningkatkan mutu serta ketuntasan hasil belajar siswa
terutama dalam pembelajaran bahasa Indonesia aspek menulis.
2)
Memberikan masukan guna perencanaan pelaksanaan
pembelajaran bahasa Indonesia mendatang.
3.
Bagi Siswa
Bagi siswa
penelitian tindakan perbaikan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut.
1)
Memberikan pengalaman baru kepada siswa kelas VIII SMP
YIS Martapura dalam pembelajaran bahasa Indonesia aspek menulis.
2)
Meningkatkan kepahaman serta kreativitas menulis paragraf
deduktif siswa kelas VIII SMP YIS Martapura.
4.
Bagi Peneliti
Penelitian ini
diharapkan juga memberikan manfaat kepada peneliti sebagai berikut.
1)
Sebagai bentuk implementasi keilmuan peneliti khususnya
dalam bidang penelitian pendidikan.
2)
Memberikan pengalaman serta bekal kepada peneliti untuk
dapat melaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia aspek menulis di masa akan
datang.
B. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Kreativitas Menulis
Kreativitas dapat dipahami
sebagai kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa
gagasan maupun karya nyata, relatif berbeda dengan sebelumnya. Asrori (2008:
62) mengatakan “kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran,
keluwesan dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi
suatu gagasan”. Penjelasan tersebut member pengertian bahwa kreativitas sebagai
keseluruhan kepribadian sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Kreativitas
yang ada pada individu itu digunakan untuk menghadapi berbagai permasalahan
ketika berinteraksi dengan lingkungannya dan mencari berbagai alternative
pemecahannya sehingga dapat tercapai penyesuaian diri secara kuat.
Kata kreatif adalah
bentuk sifat dari kata dalam bahasa Inggris create. Create
menurut Kamus Inggris Indonesia susunan Purwanto (2010: 132) berarti
menciptakan, menimbulkan, membuat. Kata turunannya antara lain kreativitas (creativity) berarti daya cipta,
kreatif (creative) berarti bersifat memiliki daya cipta, kreasi (creation)
artinya ciptaan, dan kreator (creator) artinya pencipta. Secara bebas, proses kreatif
dapat diartikan sebagai proses bersifat menciptakan atau proses terciptanya
sesuatu. Penciptaan tersebut dapat berupa benda konkret misalnya karya seni, produk
teknologi, konsep hipotesis atau teori ilmiah, ide untuk memecahkan masalah
atau cara tertentu untuk menyikapi hidup sehari-hari.
Asrori (2008: 65)
menyebutkan bahwa ada empat aspek penanda adanya kreativitas. Empat aspek itu
adalah pribadi kreatif (the creative person), proses kreatif (the
creative process), produk kreatif (the creative product), serta
pendorong atau lingkungan kreatif (the creative press or environment).
Keempat aspek ini disebut Four P’s of Creativity: Person, Process,
Product, dan Press. Keempat aspek kreativitas berhubungan
dengan pribadi kreatif yang melibatkan diri dalam proses kreatif, dengan
dukungan pendorong atau lingkungan kreatif, akan menghasilkan produk kreatif.
Asrori (2008: 63) mengatakan “kreativitas
adalah ciri-ciri khas yang dimiliki oleh individu yang menandai adanya
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang sama sekali baru”. Berdasarkan
definisi tersebut, kegiatan kreatif mengandung
perubahan arah”. Dalam hal pencarian ide, siswa berada untuk menemukan ide,
gagasan, pemecahan masalah, peyelesaian perkara atau cara kerja baru atau
ketika jalan buntu merupakan titik akhir usaha maka bila siswa melakukan kegiatan
sudah pernah kerjakan serta semuanya sudah di coba maka tiada kata lain berfikir
secara kreatif adalah hal perlu dilakukan.
Asrori (2008: 71) mengatakan ada tahap-tahap kreativitas antara lain.
(1)
Persiapan (Preparation) yaitu
meletakan dasar, mempelajari latar belakang perkara, seluk beluk, serta
problematikanya, (2) Konsentrasi (Consentration)
yaitu sepenuhnya memikirkan, masuk luluh, terserap dalam perkara dihadapi, (3)
Inkubasi (Incubation) yaitu mengambil
waktu untuk meningalkan perkara, istirahat, waktu santai, mencari
kegiatan-kegiatan melepaskan diri dari kesibukan pikiran mengenai masalah sedang
dihadapi, (4) Iluminasi (Ilmunination)
yaitu tahap mendapatkan ide gagasan, pemecahan, peyelesaian, cara kerja,
jawaban baru, (5) Verifikasi atau produksi (Verification or production) yaitu menghadapi serta
memecahkan masalah-masalah praktis sehubungan dengan perwujudan ide, gagasan,
pemecahan, peyelesaian, cara kerja, jawaban baru, seperti menghubungi,
meyakinkan kemudian mengajak orang, meyusun rencana kerja, akhirnya
melaksanakannya.
Dilihat definisi kreativitas serta tahap-tahap kreativitas, perlu meyadari bahwa niat adalah
mutlak. Bila niat saja tidak ada bagaimana mau kreatif. Oleh karenanya dalam
menumbuhkan kreativitas hal pertama dilakukan adalah menumbuhkan motivasi dalam
diri siswa.
Salah satu bentuk
kreativitas dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah kreativitas menulis. Menulis
merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Menulis bukanlah masalah
sulit namun tidak juga dikatakan mudah. Menulis dikatakan tidak sulit bila
menulis hanya diartikan sebagai aktivitas mengungkapkan gagasan melalui
lambang-lambang grafis tanpa memperhatikan unsur penulisan maupun unsur di luar
penulisan seperti pembaca. Sementara itu, sebagian besar orang berpendapat
bahwa menulis bukan masalah mudah sebab diperlukan banyak bekal bagi seseorang
untuk keterampilan menulis.
Tarigan (2008: 22)
mengatakan “menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan
ekspresi bahasa”. Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan
tulisan. Selain itu, menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis. Berdasarkan pendapat
tersebut, menulis hanya sekedar mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat dalam
bahasa tulis, lepas dari mudah tidaknya tulisan tersebut dipahami oleh pembaca.
Tarigan (2008: 22)
mengatakan “menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik
yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang
lain dapat membaca lambang-lambang grafik itu”. Dalam kegiatan menulis, penulis
haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata.
Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus
melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur. Dengan mencermati pendapat
tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis tidak hanya mengungkapkan gagasan
melalui media bahasa tulis saja tetapi juga meramu tulisan tersebut agar dapat
dipahami oleh pembaca.
Berdasarkan
pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa setidaknya ada tiga hal dalam
aktivitas menulis yaitu adanya ide atau gagasan sebagai landasan seseorang
untuk menulis, adanya media berupa bahasa tulis, serta adanya tujuan menjadikan
pembaca memahami pesan atau informasi oleh penulis.
Berkaitan dengan
kegiatan menulis, Nurjamal (2011: 4) menjelaskan.
Menulis
merupakan keteramilan berbahasa aktif. Menulis merupakan kemamuan puncak
seseorang untuk dikatakan terampil berbahasa. Menulis merupakan keteramilan
yang sangat kompleks. Menulis tulisan juga merupakan media untuk melestarikan
den menyebarluaskan informasi serta pengetahuan.
Berdasarkan
penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa keterampilan menulis adalah
keterampilan seseorang dalam melahirkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada
orang lain melalui lambang-lambang grafis yang dimengerti oleh penulis itu
sendiri maupun orang lain yang memiliki kesamaan pengertian pula terhadap
bahasa dipergunakannya.
Tujuan penulisan akan
mengarahkan penulis untuk memilih bahan-bahan yang diperlukan, macam organisasi
tulisan puisi yang akan diterapkan, atau mungkin juga sudut pandang yang akan
dipilih. Tujuan merupakan penentu yang pokok dan akan mengarahkan serta membatasi
tulisan puisi. Kesadaran mengenai tujuan selama proses penulisan akan menjaga
keutuhan tulisan. Hartig (dalam Tarigan 2008: 25) mengatakan.
Tujuan kegiatan
menulis ada tujuh, assigment purpose (tujuan penugasan), altruistic
purpose (tujuan altruistik), persuasive purpose (tujuan persuatif), informational
purpose (tujuan informational/tujuan penerangan), self-expresive purpose
(tujuan pernyataan diri), creative purpose (tujuan kreatif), problem-solving
purpose (tujuan pemecahan masalah).
Tujuan penugasan
(assigment purpose) yaitu penulis melakukan kegiatan menulis karena
adanya tugas, bukan atas kemauan sendiri. Contoh kegiatan menulis yang memiliki
tujuan penugasan adalah para siswa yang merangkum buku karena tugas dari guru,
sekretaris yang ditugaskan membuat laporan atau notulen rapat. Mereka melakukan
menulis, tetapi bukan karena kemauan sendiri.
Tarigan (2008: 24)
mengatakan “tujuan altruistik yaitu menulis untuk menyenangkan para pembaca dan
ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan
karyanya itu.” Seseorang tidak akan dapat menulis secara tepat guna kalau dia
percaya, baik secara sadar maupun tidak sadar bahwa pembaca sebagai penikmat
karyanya adalah lawan atau musuh.
Tarigan (2008: 25)
menjelaskan “tujuan persuasive (persuasive purpose) yaitu tulisan
bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan diutarakan.” Tujuan
informasional atau penerangan (informational purpose) yaitu tulisan
bertujuan memberi informasi atau keterangan atau penerangan kepada para pembaca
yang berupa paparan. Lebih lanjut Tarigan (2008: 25) menjelaskan sebagai
berikut.
Tujuan
pernyataan diri (self-expresive purpose) yaitu tulisan yang bertujuan
memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca. Tujuan
kreatif (creative purpose) yaitu tujuan yang erat berhubungan dengan
tujuan pernyataan diri. Tetapi keinginan kreatif di sini melebihi pernyataan
diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau
seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai
artistik, nilai-nilai kesenian. Tujuan pemecahan masalah (problem-solving
purpose) yaitu dengan tulisan ini sang penulis ingin memecahkan masalah
yang dihadapi. Sang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta
meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar
dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.
Berdasarkan
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah memberikan
informasi atau keterangan kepada pembaca, meyakinkan para pembaca akan
kebenaran gagasan diutarakan dan mengarahkan serta membatasi tulisan sehingga
akan menghasilkan suatu tulisan utuh.
Sebagai salah
satu keterampilan berbahasa, menulis merupakan ranah paling signifikan untuk
mengukur kemampuan siswa. Bahkan, ada pemeo mengatakan bahwa ketinggian derajat
budaya suatu bangsa dapat diukur dari seberapa banyak buku ah ditulis oleh
orang-orang di negara tersebut.
Beberapa siswa mengatakan bahwa kegiatan menulis
membosankan, tidak menyenangkan, sementara siswa lain mengatakan menulis itu sulit. Kesulitan paling umum dalam menulis adalah menemukan ide tulisan. Kalaupun
ide sudah ada bagaimana mulai menuliskannya, kalimat apa dulu harus ditulis serta
menyusun kalimatnya seperti apa.
Kemampuan menulis
merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan
keterampilan mengembangkan ide. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan Nugroho (2008: 3) bahwa “ide
untuk menulis memang selalu ada dan sebenarnya tidak pernah surut. Jika dirasa
sulit memperolehnya, orang bilang salah satunya adalah karena seseorang
berpikir terlalu jauh dan terlalu keras:. Untuk menulis sebuah tulisan puisi
yang sederhana pun, secara teknis penulis dituntut memenuhi persyaratan dasar.
Langkah pertama yang dilakukan penulis adalah memilih topik, membatasinya,
mengembangkan gagasan, menyajikannya dalam kalimat dan paragraf yang tersusun
secara logis, dan sebagainya.
Menulis pada dasarnya bukan hanya sekedar
menuangkan isi pikiran ke dalam bentuk tulisan, tetapi lebih pada proses
kreatif dalam menuangkan gagasan ke dalam wacana agar dapat dibaca, dipahami dengan mudah, lebih dari itu
menarik untuk dibaca. Supaya dapat dibaca serta dipahami dengan mudah, menulis
tentu harus mengikuti kaidah bahasa atau aturan penulisan. Namun, bukan berarti
dalam pembelajaran menulis guru menekan siswa dengan teori-teori menulis yang
akan mengakibatkan anak jadi malas untuk menulis.
Kreativitas
menulis sebagai salah satu cara dari empat keterampilan berbahasa mempunyai peranan
yang penting di dalam kehidupan manusia. Tarigan (2008: 22) mengatakan “menulis
merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa”.
Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Selain
itu, menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak
kepada orang lain secara tertulis.
.Mengajarkan keterampilan menulis seyogyanya lebih
ditekankan pada proses menghasilkan satu tulisan, lebih pada bagaimana siswa
secara bertahap mampu membuat karya tulis, tulisan tentang apa pun yang mereka
tahu atau mereka sukai.
2. Meningkatkan Kreativitas Menulis Siswa
Menulis merupakan suatu sangat sulit
bagi sebagian orang. Hal tersebut karena keterampilan menulis hanya bisa muncul
kalau seseorang banyak membaca buku serta menjadi pendengar baik dari suatu
informasi. Menulis dan membaca adalah satu kesatuan utuh, itu sudah hukumnya (Tarigan,
2008: 24). Artinya, membaca dan menulis merupakan satu kesatuan tidak dapat
terpisahkan, saling memberi dan menerima (take
and give).
Pepatah mengatakan menulis itu ibarat
pisau tajam. Bila tidak terus diasah, akan mengakibatkan pisau menjadi tumpul
berkarat. Sama halnya dengan menulis bila seseorang sudah terbiasa menulis,
maka tulisannya akan tajam menganalis kejadian-kejadian di sekitarnya. Namun,
bila seseorang tidak terbiasa menulis maka tulisannya kurang bermakna, tumpul, tidak
mengena di hati para pembacanya. Menulis adalah sebuah kreativitas harus
dikuasai. Walaupun untuk mencapai itu harus melalui proses cukup panjang. Semua
berproses, melalui latihan tihan sambil langsung praktek sehingga tulisan buat
menjadi bermakna bagi pembaca.
Menurut Tarigan (2008: 17) “kunci untuk
dapat menulis adalah memiliki perasaan senang, banyak membaca buku serta
menjadi pendengar baik”. Anak harus diarahkan dulu agar senang membaca buku.
Bila perasaan senang sudah muncul, maka akan muncullah potensi kreativitas
siswa. Demikian juga bila guru ingin anak didiknya pandai menulis, maka guru
itu harus memulainya dari dirinya dulu. Guru akan merasakan bagaimana sulitnya
memulai menulis. Bila menulis sudah sering dilakukan oleh para guru itu
sendiri, maka guru akan merasakan nikmatnya menulis.
Tampubolon (2008: 121) memberikan lima terobosan dalam pelajaran bahasa agar siswa memiliki
kreativitas menulis, yaitu (1) giatkan menulis kolaboratif, (2) tumbuhkan rasa senang sewaktu menulis, (3) gunakan
bidang studi sebagai media, (4) ajarkan kebiasaan menulis sedini mungkin, dan (5)
optimalkan mading seefektif mungkin.
Kolaborasi
adalah suatu teknik pengajaran menulis dengan melibatkan sejawat atau teman
untuk saling mengoreksi (Tampubolon, 2008: 121). Sejawat dalam kegiatan menulis disebut kolaborator.
Dalam kelas besar, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil membentuk literracy
circle, terdiri atas tiga atau empat orang. Masing-masing anggota membaca karangan atau tulisan teman
dalam kelompoknya. Sewaktu membaca, kolaborator memberikan tanda pada kesalahan-kesalahan
kecil, setelah itu memberikan komentar atau respons terhadap tulisan
teman-teman satu kelompoknya. Tulisan sudah dikomentari dikembalikan pada
penulisnya untuk direvisi.
Berkenaan
dengan menciptakan perasaan senang ketika menulis, Tampubolon (2008: 122) mengatakan ”untuk membangun keterampilan
menulis, biarkan potensi siswa meledak-ledak, berteriak, menjerit, berisak
tangis, berbisik sendu, bermesra ria dengan nuraninya sendiri dalam bentuk
disukainya, baik dalam bentuk tulisan informatif, argumentatif, eksploratif, imajinatif,
persuasif, atau ekspresif”. Apabila telah tumbuh dalam diri siswa perasaan
senang menulis maka harus diadakan feedback.
Memberikan feedback menurut Tampubolon (2008: 123)
dapat dilakukan dengan memberikan masukan dan komentar produktif, interaktif,
dialogis, serta mencerdaskan pada tulisan siswa, bukan sekedar komentar basa
basi. Sehingga siswa merasa diperhatikan oleh gurunya dengan sepenuh
hati.”
Siswa umumnya
menganggap menulis merupakan kegiatan sulit untuk dilakukan sebagaimana guru
bahasa menganggap menulis merupakan keterampilan sulit untuk diajarkan. Siswa
seringkali dilanda frustasi ketika menulis. Begitupun guru, dalam pembelajaran
menulis guru terkadang menemui kesulitan objek apa harus diajarkan terlebih
dahulu. Namun, karena mengajar sebaiknya dimulai dari mengajarkan mudah ke
sulit, maka sebelum belajar menulis tulisan yang menuntut argumentasi misalnya,
siswa akan lebih mudah belajar menulis tulisan naratif terlebih dahulu, menulis
tentang diri sendiri, perasaan, pengalaman, saudara, teman, sekolah, dan
sebagainya.
Umumnya orang
menulis tentang pengalaman pribadi di dalam buku diari atau buku catatan
harian. Tidak ada salahnya guru menugaskan siswa untuk memilikinya kemudian
menganjurkan mereka menulis tentang pengalaman pribadi. Kalaupun ada siswa
tidak berusaha memiliki serta menulis di buku catatan harian, tidak masalah.
Sekali-kali guru perlu membaca buku catatan harian siswa kemudian memberikan
komentar positif pada tulisan mereka.
Guru pun
dituntut untuk meningkatkan kemampuan menulis. Tulisan guru dapat dijadikan
contoh atau model menulis bagi siswa. Dengan melakukan sendiri kegiatan
menulis, guru akan memiliki empati terhadap siswa, merasakan kesulitan
sebagaimana dialami siswa. Hal tidak kalah penting adalah guru bersama siswa
menghidupkan kebiasaan menulis. Budaya
menulis akan tercipta apabila guru bersama siswa sama-sama memiliki kebiasaan
menulis.
3. Pengertian Paragraf
Mansuruddin (2010: 125) menjelaskan
bahwa “paragraph merupakan bagian bab dalam suatu karangan yang biasayna
mengandung satu ide pokok dalam penulisannya dimulai dengan garis baru. Sering
pula disebut dengan alenia”. Paragraf
merupakan bagian dari sebuah bacaan atau karangan. Sebuah karangan mengandung
berbagai ide baik ide pokok maupun ide bawahan, semua itu diungkapkan dalam
bentuk kalimat. Jadi, ide yang diungkapkan dalam kalimat tersebut akan
berkaitan. Kumpulan ide dalam kalimat tersebut kemudian dikenal dengan istilah paragraf.
Paragraf
dalam
perkembangannya dikenal
juga dengan nama alinea. Nazar (2006: 94) mengemukakan “paragraf
atau alenia adalah seperangkat kalimat yang mengandung sekelompok ide yang
saling berkaitan dan bernaung di bawah satu ide pokok”. Ditinjau dari segi
penampilannya dalam suatu wacana, paragraf adalah bagian wacana ditandai oleh
baris pertama menjorok ke dalam atau oleh jarak spasi lebih dari jarak spasi
baris kalimat-kalimat lainnya.
Pengertian
paragraf terdapat dalam pemakaian bahasa secara tertulis. Sebuah paragraf
terdiri atas beberapa kalimat atau lebih dari satu kalimat. Kalau dalam sebuah
paragraf hanya terdapat satu kalimat, dapatlah dikatakan bahwa paragraf
tersebut tidak ditata atau disusun sebagaimana mestinya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat
dibedakan antara paragraf yang memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat
sebagai paragraf padu. Nazar (2006: 94) mengemukakan bahwa paragraf baik ialah paragraf
memenuhi syarat sebagai berikut:
(1) Suatu paragraf
terdiri atas beberapa kalimat, (2) paragraf tersebut mengandung satu ide pokok,
(3) ide yang diungkapkan dalam kalimat-kalimat yang membangun paragraf tersebut
saling berkaitan sehingga terlihat koherensi serta kohesi secara
berkesinambungan, urutannya logis dan runtut, (4) pengungkapan kelompok ide
dalam paragraf tersebut merupakan satu kesatuan padu.
Guna mengetahui paragraf baik atau
tidak, Nazar (2006: 94) mengemukakan ciri-ciri paragraf kurang baik sebagai
berikut.
(1) Satu paragraf
hanya terdiri atas satu kalimat, (2) paragraf tersebut mengandung lebih dari
satu ide pokok, (3) pengungkapan ide terputus-putus atau melompat-lompat, tidak
runtut, tidak runtut, serta tidak padu, (4) penampilan kalimat terlihat dalam
kalimat-kalimat tidak runtut idenya.
Pendapat tersebut menggambarkan bahwa
suatu paragraf hanya memiliki satu ide pokok. Paragraf terdiri atas beberapa
kalimat, tersusun dengan rapi, padu, serta tidak dapat tersusun hanya satu
kalimat meskipun kalimat tersebut panjang. Kalimat-kalimat dalam paragraf harus
padu serta terkait satu dengan lainnya.
Dalam
istilah komposisi dibedakan dua jenis paragraf, yaitu paragraf merenggang dan paragraf bertakuk. Mansurudin (2010: 133)
menjelaskan perbedaan paragraf merenggang dan paragraf bertakuk sebagai
berikut.
Pembedaan paragraf merenggang dan bertakuk didasarkan pada cara penulisan kalimat pertama bersangkutan dilihat dari letak kalimat terakhir
paragraf sebelumnya. Paragraf merenggang ditandai oleh jarak baris lebih lebar
atau lebih renggang antara kalimat pertama serta
kalimat terakhir paragraf sebelumnya. Adapun
kalimat pertama para paragraf bertaluk ditulis agar menjorok ke dalam,
sedangkan jarak baris dengan paragraf sebelumnya tetap sama.
Selain
dari bentuknya, paragraf dapat dilihat sebagai satuan informasi yang memiliki
satu gagasan utama sebagai pengendali. Artinya, gagasan utama itu akan
menentukan kalimat mana yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam sebuah paragraf
dan informasi mana yang tidak dapat dimasukkan ke dalam paragraf tersebut.
Dengan kata lain, gagasan utama dalam sebuah paragraf adalah ringkasan
informasi yang dikemukakan di dalam paragraf itu. Konsekuensinya adalah bahwa
informasi tidak dapat diarangkum oleh
gagasan utama itu harus dikeluarkan dari paragraf bersangkutan.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa paragraf pada dasarnya adalah miniatur sebuah karangan. Kalau sebuah
karangan mempunyai tujuan dinyatakan dalam tesis, paragraf mempunyai tujuan
dinyatakan dalam kalimat topik. Seperti halnya sebuah karangan utuh, paragraf juga
memupunyai struktur jelas. Kalau karangan dikembangkan oleh
uraian memadai, gagasan utama terkandung
dalam setiap paragraf juga harus terurai tuntas. Dengan kata lain, proses
pembuatan paragraf pun tidak jauh berbeda dengan proses pembuatan sebuah
karangan.
4. Jenis-jenis Paragraf
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam
sebuah karangan. Dalam sebuah paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung
oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal,
kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas, sampai pada kalimat penutup. Himpunan
kalimat ini saling bertalian dalam satu rangkaian untuk membentuk sebuah
gagasan.
Paragraf
dapat juga dikatakan sebagai sebuah karangan yang paling pendek. Dengan adanya
paragraf, kita dapat membedakan di mana suatu gagasan mulai dan berakhir. Kita
akan kepayahan membaca tulisan atau buku, kalau tidak ada paragraf, karena kita
seolah-olah dicambuk untuk membaca terus menerus sampai selesai. Kitapun susah
memusatkan pikiran pada satu gagasan ke gagasan lain. Dengan adanya paragraf
kita dapat berhenti sebentar sehingga kita dapat memusatkan pikiran tentang
gagasan yang terkandung dalam paragraf itu.
Beberapa
penulis seperti Sabarti Akhadiah, Gorys Keraf, Soedjito, Noerzisri
A. Nazar maupun lainnya membagi
paragraf menjadi tiga jenis. Kriteria pembagian tersebut adalah sifat serta tujuan paragraf. Berdasarkan hal tersebut,
jenis paragraf dibedakan sebagai berikut.
a.
Jenis Paragraf
Berdasarkan Tempat dan Fungsinya
Mansuruddin (2010: 141) membagi paragraf
berdasarkan tempat serta fungsinya menjadi tiga macam yaitu paragraf perbandingan
dan pertentangan. Masing-masing paragraf tersebut memiliki fungsi berbeda satu
dengan lainnya.
Tiap
jenis karangan akan mempunyai paragraf pembuka atau menghantar karangan itu, atau menghantar pokok pikiran dalam
bagian karangan itu. Oleh Sebab itu sifat dari paragraf semacam itu harus
menarik minat,
perhatian pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada uraian
karangan. Paragraf pendek jauh lebih baik, karena
paragraf-paragraf panjang hanya akan meimbulkan
kebosanan pembaca.
Mansurudin (2010: 141) mengatakan “paragraf perbandingan adalah paragraph yang berusaha memerjelas paparannya dengan
jalan membandingkan atau mempertentangkan hal-hal yang dibicarakan”. Sebagai contoh sebagai berikut.
Cleopatra meruakan seorang wanita keturunan ningrat dan berhak atas
waris kekuasaan Mesir. Ketika masih kecil dirinya sudah dihadapkan dalam dunia
politik karena pengaruh para penasehatnya. Sementara Sanikem merupakan seorang
peremuan desa yang lugu, bodok, tidak mengetahui apa-apa, bukan keturunan
ningrat, dari kalangan biasa. Sanikem atau Nyai Ontosoroh merupakan sosok
perempuan yang berkultur Jawa (Mansurudin, 2010: 142)
Mansurudin
(2010: 143) menjelaskan “paragraph
pertentangan merupakan proses argumentasi dengan melakukan penolakan. Oleh
karena itu, pertentangan ditargetkan menolak eksistensi objek atau bahasan
dengan disertai pembuktian yang akurat”. Sebagai contoh sebagai berikut.
Penindasan terhadap wanita sebenarnya telah lama ditentang oleh kaum hawa.
Sebagai missal dalam dunia kita, khususnya bahasa Indonesia banyak kata yang
cenderung mendiskriditkan wanita. Seperti kata diperkosa, dipeluk, dicium, dibelai, dikangkangi, dicumbu, maupun dikuliti, akan memosisikan waniata
sebagai objek. Sementara memperkosa,
mencium, memeluk, membelai, mengangkangi, mencumbu bahkan menguliti akan memposisikan laki-laki
sebagai subjek yang melakukan (Mansurudin, 2010: 143)
Dengan
kata lain, paragraf ini mengandung kesimpulan pendapat uraian dalam paragraf-paragraf
penghubung. Apapun
topik atau tema dari sebuah karangan haruslah tetap diperhatikan agar paragraf
penutup tidak terlalu panjang, tetapi juga tidak berarti terlalu pendek. Hal
paling esensial adalah bahwa paragraf itu harus
merupakan suatu kesimpulan bulat atau betul-betul mengakhiri uraian itu serta
dapat menimbulkan banyak kesan kepada pembacanya.
b.
Jenis Paragraf
Berdasarkan Letak Kalimat Utama
Letak
kalimat utama juga turut menentukan jenis paragraf. Adapun klasifikasi paragraf
berdasarkan letak kalimat utamanya sebagai berikut.
1. Paragraf
Deduktif
Mansurudin
(2010: 145) mengatakan “paragraph deduktif adalah proses penalaran dengan
menyebutkan gagasan utama yang bersifat umum dan dilanjutkan dengan gagasan
yang bersifat khusus”. Penjelasan tersebut memberikan pengertian bahwa paragraf
dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama. Kemudian
diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas kalimat utama. Paragraph deduktif dapat
dicontohkan sebagai berikut.
Kajian tentang fenomena wanita lebih banyak dilakukan peneliti di
sektor politik dan publik dibanding wilayah sastra. Dalam wilayah sastra,
memang kajian wanita ketika bersentuhan dengan emansipasi atau gender jarang
dilakukan, akan tetapi kajian wanita di sektor politik maupun publik secara
umum telah banyak dilakukan. Hal ini sejalan dengan semakin maraknya fenomena
wanita di sektor publik dan meningkatnya peran wanita di bidang politik
(Mansurudin, 2010: 145)
Paragraf deduktif
biasanya dikembangkan dengan metode berpikir deduktif, dari umum ke khusus.
Dengan cara menempatkan gagasan pokok pada
awal paragraf, ini akan memungkinkan gagasan pokok tersebut mendapatkan
penekanan wajar. Paragraf semacam ini biasa disebut dengan paragraf deduktif,
yaitu kalimat utama terletak di awal paragraf.
2. Paragraf
Induktif
Nazar (2006: 95) mengatakan “paragraf
induktif adalah paragraf dengan ide pokok ditempatkan pada bagian kalimat
akhir”. Paragraf induktif dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan atau perincian-perincian, kemudian
ditutup dengan kalimat utama. Paragraf ini
dikembangkan dengan metode berpikir induktif, dari hal-hal khusus ke hal umum.
Conth paragraph induktif sebagai berikut.
Pendanaan bank diperoleh dari berbagai sumber, yaitu yang bersumber
dari pemilik bank, dari masyarakat, penanam modal dan dari masyarakat sebagai
nasabah. Setiap pihak penyandang dana mempunyai kepentingan dalam roda kegiatan
aliran arus dana. Tidak ada diantara mereka yang mau dirugikan dalam kebijakan
pelaksanaan kegiatan tersebut. Masing-masing mengharapkan keuntungan sesuai
dengan ketentuan dan cara-cara yang lazim. Oleh sebab itu, manajemen perbankan
yang sehat memegang peranan penting dalam pengelolaan dana yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, penghimpunan, penyaluran, serta pengendalian
dana sehingga tidak ada ihak yang dikecewakan (Nazar, 2006: 99).
Ide pokok paragraph tersebut terdapat
pada bagian akhir yang merupakan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang
dikemukakan sebelumnya atau klimaks. Pengungkapan ide dijelaskan dengan
menggunakan hubungan sebab akibat.
3. Paragraf
Gabungan atau Campuran
Paragraf campuran merupakan pengabungan
antara paragraf deduktif dengan paragraf induktif. Nazar (2006: 95) mengatakan
“paragraph campuran adalah paragraph yang ide pokoknya secara simultan
ditempatkan pada bagian awal dan akhir” biasanya ide yang terdapat pada bagian
akhir merupakan pengulangan ide yang terdapat pada bagian awal.
Pada
paragraf gabungan, kalimat topik ditempatkan pada bagian awal drtys akhir paragraf. Dalam hal ini kalimat
terakhir berisi pengulangan dan penegasan kalimat pertama. Pengulangan ini
dimaksudkan untuk lebih mempertegas ide pokok. Jadi pada dasarnya paragraf
campuran ini tetap memiliki satu pikiran utama, bukan dua. Contoh paragraf campuran seperti dikemukakan oleh Nazar (2006:
100) sebagai berikut.
Koperasi merupakan badan usaha yang mengutamakan kesejahteraan ekonomi
anggotanya. Mencari keuntungan besar tidak menjadi tujuan utamanya. Modelnya
dikumpulkan dari anggotanya. Kegiatan usahanya juga dilakukan oleh anggotanya.
Keuntungan yang diperoleh badan usaha ini juga dieruntukkan bagi anggotanya.
Oleh sebab itu, bila usaha ini dilakukan dengan baik dan jujur, koperasi ini
betul-betul dapat menyejahterakan keadaan ekonomi anggotanya.
Ide pokok paragraph tersebut terdapat
pada kalimat awal dan akhir. Jadi paragraph ini merupakan paragraph campuran
deduktif dan induktif atau disebut dengan paragraph campuran. Ide pada kalimat
akhir paragraph tersebut merupakan penegasan terhadap ide yang diungkapkan pada
kalimat awal.
4. Paragraf
Tanpa Kalimat Utama
Paragraf
ini tidak mempunyai kalimat utama, berarti pikiran utama tersebar di seluruh
kalimat membangun paragraf tersebut. Bentuk ini biasa digunakan dalam karangan
berbentuk narasi atau deskripsi. Contoh paragraf
tanpa kalimat utama seperti dikemukakan oleh Mansurudin (2010:
134) sebagai berikut.
Enam puluh tahun yang lalu, pagi-pagi tanggal 30 Juni 1908, suatu
benda cerah tidak dikenal melayang menyusur lengkungan langit sambil
meninggalkan jejak kehitam-hitaman dengan disaksikan oleh paling sedikit seribu
orang di pelbagai dusun Siberi Tengah. Jam menunjukkan pukul 7 waktu setempat.
Penduduk desa Vanovara melihat benda itu menjadi bola api membentuk cendawan
membubung tinggi ke angkasa, disusul ledakan dahsyat yang menggelegar bagaikan
guntur dan terdengar sampai lebih dari 1000 km jauhnya.
Sukar
sekali untuk mencari sebuah kalimat topik dalam paragraf tanpa
kalimat atau ide utama, karena
seluruh paragraf bersifat deskriptif atau naratif. Tidak ada kalimat lebih
penting dari lain. Semuanya sama penting, dan bersama-sama membentuk kesatuan
dari paragraf tersebut.
Selain klasifikasi sebagaimana tersebut,
Nazar (2006: 95) membagi paragraf berdasarkan cara mengembangkan ide atau alat
bantu untuk menjaga kesinambungan pengungkapan ide menjadi sepuluh yaitu (1) paragraf
definisi, (2) paragraf contoh, (3)paragraf perbandingan, (4) paragraf analogi,
(5) paragraf induktif, (6) paragraf deduktif, (7) paragraf campuran, (8) paragraf
sebab akibat, (9) paragraf proses, dan (10) paragraf deskriptif.
Klasifikasi paragraf sebagaimana
tersebut didasarkan pada cara pengembangan ide serta alat untuk mengembangkan
ide utama. Setiap ide dalam paragraf harus lengkap. Ketidaklengkapan pemberian
penjelasan terhadap ide pokok menyebabkan tidak jelasnya gagasan dalam paragraf.
Ketidakjelasan gagasan dalam paragraf itu dapat juga mengakibatkan melompatnya
berbagai ide pokok penulis.
5. Pengertian Paragraf Deduktif
Nazar (2006: 95) mengatakan
“paragraf
deduktif adalah
paragraf yang ide pokok atau kalimat utamanya terletak di awal paragraf
selanjutnya di ikuti oleh kalimat kalimat
penjelas untuk mendukung kalimat utama”. Paragraf deduktif
adalah paragraf dengan ide pokok ada di awal kalimat.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa paragraf deduktif selalu diawali dengan ide pokok pada awal
kalimat. Adapun kalimat-kalimat selanjutnya merupakan penjelas ide pokok
kalimat pertama. Oleh karenanya Fuad (1990: 37) menjelaskan bahwa “ciri-ciri paragraf deduktif
adalah kalimat utama berada di awal paragraf
serta kalimat disusun dari pernyataan umum kemudian
disusul dengan penjelasan”.
Berkaitan dengan paragraf deduktif,
Nazar (2006: 99) memberikan contoh sebagai berikut.
Masalah ekonomi
yang dihadapi masyarakat adalah masalah keuangan. Produksi barang maupun jasa
melimpah-limpah ditawarkan kepada masyarakat, sedangkan kemampuan masyarakat
utnuk membeli dan memperolehnya sangat terbatas. Penghasilan masyarakat
rata-rata jauh lebih rendah daripada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok.
Oleh sebab itu, masyarakat tidak bias memperoleh semua barang maupun jasa guna
mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Pada contoh tersebut, ide pokok terdapat
pada bagian awal yaitu kalimat “masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat adalah
masalah keungan”. Jadi paragraf tersebut termasuk paragraf deduktif. Ide
dikembangkan dengan hubungan sebab akibat. Kalimat ketiga menyatakan penyebab
adanya masalah ekonomi. Kalimat terakhir mengandung ide sebagai akibat dari
pernyataan pada kalimat ketiga. Hal tersebut dipertegas pula oleh adana
untkapan penghubung oleh sebab itu
sebagai penanda adanya hubungan korelasi secara eksplisit.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa paragraf deduktif adalah paragraf dengan ide utama terdapat
pada kalimat pertama. Inti permasalahan dalam paragraf dikemukakan pertama
kemudian disusul oleh kalimat-kalimat penjelas dengan berbagai model penyajian
seperti sebab akibat maupun proses. Penyusunan paragraf deduktif harus dimulai
dengan penulisan ide pokok atau gagasan utama di awal kalimat.
6. Pengertian Metode Group investigation
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Istilah metode pembelajaran dibedakan
dari istilah strategi, model, maupun prinsip pembelajaran. Istilah metode
pembelajaran mempunyai makna lebih luas dari pada strategi, model, maupun
prinsip pembelajaran. Ramayulis (2001: 108) mengatakan “metode pembelajaran
adalah suatu cara yang harus dilakui untuk menyajikan bahan pelajaran agar
tercapai tujuan pengajaran. Metode pembelajaran adalah suatu pola sebagai
pedoman dalam pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam setting tutorial
serta untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di
dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.
Metode
berasal dari Bahasa Yunani methodos
berarti cara atau jalan ditempuh. Fatkhurrohman (2009: 55) mengatakan “metode secara
harfiah berarti cara. Dalam pemakaian umum metode diartikan sebagai suatu cara
atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan mengajar
berarti memberikan pelajaran”. Berdasarkan penjelasan tersebut metode mengajar
adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan.
Djamarah (2006: 46) mengatakan “metode
adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya
bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran
berakhir”. Penjelasan tersebut memberikan pengertian bahwa metode pembelajaran
adalah cara-cara yang dipergunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Metode pembelajaran adalah kerangka
konseptual melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu serta berfungsi sebagai pedoman
para perancang pembelajaran maupun para pengajar dalam merencanakan kemudian melakukan
aktivitas pembelajaran. Kegiatan belajar
dirancang kemudian dilaksanakan dengan penuh keahlian guru dapat menghasilkan
suasana serta proses pembelajaran efektif.
Berdasarkan definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan kerangka konseptual menggambarkan
prosedur sistematik dalam mengkoordinasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar, berfungsi sebagai pedoman guru dalam merancang serta
melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengelola lingkungan pembelajaran atau
mengelola kelas. Dalam merancang serta melaksanakan pembelajaran diperlukan
perangkat pembelajaran dapat disusun kemudian dikembangkan oleh guru.
b. Macam-macam Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran terdiri dari metode
pembelajaran langsung (Direct instruction), metode pembelajaran
kooperatif, (Cooperatif learning), metode pembelajaran berdasarkan masalah
(Problem based learning), metode pembelajaran diskusi (Discussion),
dan metode pembelajaran strategi (Learning strategi).
a.
Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Direct
learning berasal
dari kata direct artinya langsung. Berkaitan dengan konsep direct learning, Dimyati (2002: 45)
mengatakan.
Belajar yang paling baik adalah
belajar melalui pengalaman langsung. Direct langsung atau belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak
sekedar mengamati secara langsung tetapi siswa harus menghayati, terlibat
langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
Metode
direct learning berpijak dari
pemahaman bahwa pengajaran bahasa tidak sama halnya dengan mengajar ilmu pasti
alam. Jika mengajar ilmu pasti, siswa dituntut agar dapat menghafal rumus-rumus
tertentu, berpikir, mengingat, maka dalam pengajaran bahasa, siswa dilatih
praktek langsunng mengucapkan kata-kata atau kalimat-kalimat tertentu.
Sekalipun kata-kata atau kalimat tersebut mula-mula masih asing, tidak dipahami
anak didik, namun sedikit demi sedikit kata-kata atau kalimat itu akan dapat
diucapkan serta dapat pula mengartikannya.
b.
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Kauchak dan Eggen 1996, (dalam Nasution, 2010: 11)
mendefinisikan belajar kooperatif sebagai bagian dari strategi mengajar untuk
membantu satu dengan lainnya dalam mempelajari sesuatu. Pembelajaran kooperatif
juga dinamakan pengajaran teman sebaya.
c.
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Base
Instruction)
Nasution (2010: 21) mengatakan “pembelajaran berbasis masalah
adalah pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat
menyusun pengetahuan sendiri, menumbuhkan ketrampilan lebih tinggi, inquiri,
memandirikan siswa, serta dapat meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Masalah
autentik diartikan sebagai masalah kehidupan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
d.
Diskusi (Discussion)
Sagala (2011: 208) menyatakan bahwa “diskusi adalah
percakapan ilmiah yang responsive berisikan pertukaran pendapat yang dijalin
dengan pertanyaan-pertanyaan problematic pemunculan ide-ide oleh beberapa siswa
yang tergabung dalam kelompok”. Metode diskusi umumnya dilaksanakan dengan
memberikan masalah kepada siswa untuk diselesaikan secara berkelompok.
e.
Learning Strategis
Nasution (2010: 9) mengatakan bahwa “pengajaran yang
baik meliputi mengajarkan siswa bagaimana belajar, bagaimana mengingat,
bagaimana berpikir serta bagaimana memotivasi diri sendiri”. Strategi ini
bertujuan menjadikan suasana belajar di lingkungan siswa.
c. Metode Group investigation
Dasar-dasar model group
investigation (GI) dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya
diperluas serta diperbaiki oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv. Metode group
investigation melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam seleksi
topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Hernawan (2006: 27)
menjelaskan bahwa ”group investigation mengambil
model yang berlaku dalam masyarakat, terutama mengenai cara anggota masyarakat
melakukan proses mekanisme sosial melalui serangkaian kesepakatan sosial.”
Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan dalam
berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills).
Para siswa memilih topik pelajaran, mengikuti investigasi mendalam terhadap
berbagai subtopik dipilih, menyiapkan kemudian menyajikan dalam suatu laporan
di depan kelas secara keseluruhan. Selain pendapat tersebut, Hermawan (2006:
28) menjelaskan sebagai berikut.
Di dalam metode group investigation terdapat tiga konsep
utama yaitu penelitian atau inquiry,
pengetahuan atau knowledge, dan
dinamika belajar kelompok atau dynamics
of the learning group. Adapun yang
dimaksud dengan penelitian adalah dalam proses ini siswa dirangsang dengan cara
menghadapkannya pada masalah. Masalah tersebut dapat dimbul dari siswa atau
diberikan oleh guru. Sedangkan pengetahuan yaitu pengalaman yang tidak dibawa
dari semenjak lahir tetapi diperoleh oleh individu melalui pengalamannya secara
langsung maupun tidak langsung.
Dalam penerapan
metode group investigation, umumnya
kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 5 sampai 6 orang siswa
dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan
atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu.
Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam
terhadap berbagai sub topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan
menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.
Investigasi
kelompok adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif, guru bersama siswa
bekerja sama membangun pembelajaran. Proses dalam perencanaan bersama
didasarkan pada pengalaman masing-masing siswa, kapasitas, serta kebutuhan. Siswa
aktif berpartisipasi dalam semua aspek, membuat keputusan untuk menetapkan arah
tujuan yang mereka kerjakan. Maesaroh (2005: 17) mengatakan bahwa ”dalam
penerapan metode Group investigation
kelompok merupakan wahana sosial untuk proses ini”. Perencanaan kelompok
merupakan salah satu metode untuk menjamin keterlibatan siswa secara maksimal.
Metode investigasi
kelompok adalah perpaduan sosial serta kemahiran berkomunikasi dengan
intelektual pembelajaran dalam menganalisis kemudian mensintesis. Investigasi kelompok
tidak dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan tidak ada dukungan
dialog dari setiap anggota atau mengabaikan dimensi afektif-sosial dalam
pembelajaran kelas.
Berdasarkan
penjelasan-penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa salam model pembelajaran
Group investigation terdapat 3 konsep
utama, yaitu.
a.
Penelitian
(inquiry) yaitu proses perangsangan siswa dengan menghidupkan suatu
masalah. Dalam proses ini siswa merasa dirinya perlu memberikan reaksi terhadap
masalah dianggap perlu untuk diselesaikan. Masalah ini didapat dari siswa
sendiri atau diberikan oleh guru.
b.
Pengetahuan
yaitu pengalaman tidak dibawa sejak lahir namun diperoleh siswa melalui
pengalaman baik secara langsung maupun tidak langsung.
c.
Dinamika
kelompok, menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok individu saling
berinteraksi mengenai sesuatu sengaja dilihat atau dikaji bersama dengan
berbagai ide serta pendapat serta saling tukar-menukar pengalaman kemudian
saling berargumentasi.
d.
Langkah-Langkah
Model Pembelajaran Group Investigation
Metode group
investigation memiliki enam tahapan kegiatan seperti berikut.
1)
Mengidentifikasikan topik serta
pembentukan kelompok
Tingkatan ini
menekankan pada permasalahan, siswa meneliti, mengajukan topik atau saran.
Peranan ini dimulai dengan setiap siswa diberikan modul berisikan kisi-kisi. Rostiyah
(2008: 93) mengatakan ”dari langkah identifikasi topik serta membentuk kelompok
diharapkan siswa mampu menebak topik akan disampaikan kemudian siswa memiliki
topik sama dikelompokkan menjadi satu kelompok dalam penyelidikan nanti. Dalam
hal ini peran dari guru adalah membatasi jumlah kelompok serta membantu
mengumpulkan informasi untuk memudahkan pengaturan.
2)
Merencanakan tugas belajar
Rostiyah
(2008: 93) menjelaskan ”pada tahap perencanaan
tugas belajar anggota kelompok menentukan subtopik akan diinvestigasi dengan cara mengisi lembar kerja telah
tersedia serta mengumpulkan
sumber untuk memecahkan masalah diinvestigasi”. Setiap siswa menyumbangkan
kontribusinya terhadap investigasi kelompok kecil. Kemudian setiap kelompok
memberikan kontribusi kepada penelitian untuk seluruh kelas.
3)
Menjalankan investigasi
Siswa secara
individual atau berpasangan mengumpulkan informasi, menganalisa kemudian
mengevaluasi serta menarik kesimpulan. Setiap anggota kelompok memberikan kontribusi satu dari bagian penting
lain untuk mendiskusikan pekerjaannya bengan mengadakan saling tukar menukar
informasi serta mengumpulkan ide-ide tersebut untuk menjadi suatu kesimpulan.
4)
Menyiapkan Laporan Akhir
Rostiyah
(2008: 94) mengatakan ”tahap menyiapkan laporan akhir merupakan tingkat
pengorganisasian dengan mengintegrasikan semua bagian menjadi keseluruhan kemudian
merencanakan sebuah presentasi di depan kelas”. Setiap kelompok telah menunjuk
salah satu anggota untuk mempresentasikan tentang laporan hasil penyelidikannya
kemudian setiap anggotanya mendengarkan. Peran guru di sini sebagai penasehat,
membantu memastikan setiap anggota kelompok ikut andil di dalamnya.
5)
Mempresentasikan hasil akhir
Setiap
kelompok telah siap memberikan hasil akhir di depan kelas dengan berbagai macam
bentuk presentasi. Diharapkan dari penyajian presentasi yang beraneka macam
tersebut, kelompok lain dapat aktif mengevaluasi kejelasan dari laporan setiap
kelompok dengan melakukan tanya jawab.
6)
Mengevaluasi
Pada tahap ini
siswa memberikan tanggapan dari masing-masing topik dari pengalaman afektif
mereka. Sedangkan guru dan siswa yang lain berkolaborasi mengevaluasi proses
belajar sehingga semua siswa diharapkan menguasai semua subtopik yang
disajikan.
Menurut Rostiyah
(2008: 94) dalam model group investigation ini guru hanya berperan
sebagai konselor, konsultan serta pemberi kritik bersahabat. Di dalam metode
ini seyogyanya guru membimbing dan
mencerminkan kelompok melalui tiga tahap yaitu pemecahan masalah, pengelolaan
kelas dan pemaksaan secara perorangan.
Enam tahapan kemajuan siswa di dalam pembelajaran
kooperatif dengan metode group
investigation sebagai berikut.
Tabel 1
Tahapan Pelaksanaan Metode Group Investigation
Tahap I
Mengidentifikasi
topik dan membagi siswa ke dalam kelompok.
|
Guru memberikan
kesempatan bagi siswa untuk memberi kontribusi apa yang akan mereka selidiki.
Kelompok dibentuk berdasarkan heterogenitas.
|
Tahap II
Merencanakan tugas.
|
Kelompok akan membagi
sub topik kepada seluruh anggota. Kemudian membuat perencanaan dari masalah
yang akan diteliti, bagaimana proses dan sumber apa yang akan dipakai.
|
Tahap III
Membuat penyelidikan.
|
Siswa mengumpulkan,
menganalisis dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan
mengaplikasikan bagian mereka ke dalam pengetahuan baru dalam mencapai solusi
masalah kelompok.
|
Tahap IV
Mempersiapkan tugas
akhir.
|
Setiap kelompok
mempersiapkan tugas akhir yang akan dipresentasikan di depan kelas.
|
Tahap V
Mempresentasikan
tugas akhir.
|
Siswa mempresentasikan
hasil kerjanya. Kelompok lain tetap mengikuti.
|
Tahap VI
Evaluasi.
|
Soal ulangan mencakup
seluruh topik yang telah diselidiki dan dipresentasikan.
|
Sumber: Roestiyah (2008: 95)
e.
Keunggulan Model Pembelajaran Group investigation
Terkait dengan
efektivitas penggunaan metode metode Group investigation, terdapat
beberapa keunggulan sebagai berikut.
1)
Dalam pembelajaran kooperatif dengan metode
Group investigation berpusat pada siswa, guru hanya bertindak sebagai
fasilitator atau konsultan sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran.
2)
Pembelajaran
membuat suasana saling bekerjasama serta berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, setiap
siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide maupun pendapat, saling berdiskusi serta beragumentasi dalam memahami suatu pokok
bahasan serta memecahkan suatu permasalahan.
3)
Pembelajaran
kooperatif dengan metode group investigation
siswa dilatih untuk memiliki kemampuan baik dalam berkomunikasi, semua kelompok
menyajikan suatu presentasi menarik dari berbagai topik dipelajari, semua siswa
dalam kelas saling terlibat
mencapai suatu perspektif luas mengenai topik tersebut.
4)
Adanya
motivasi mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap
pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
5)
Melalui
pembelajaran kooperatif dengan metode group investigation suasana belajar terasa lebih efektif, kerjasama
kelompok dalam pembelajaran ini dapat membangkitkan semangat siswa untuk
memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan
teman lainnya dalam membahas materi pembelajaran.
Keberhasilan dari penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode group investigation dipengaruhi oleh faktor-faktor kompleks,
diantaranya pembelajaran berpusat pada siswa, pembelajaran membuat suasana
saling bekerjasama, berinteraksi
antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, siswa dilatih untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, adanya motivasi mendorong
siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap
akhir pembelajaran.
C.
Metode
Penelitian
1.
Tempat dan
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP YIS Martapura
Kabupaten OKU Timur. Secara khusus, penelitian dilakukan di kelas VIII SMP YIS
karena permasalahan penelitian ditemukan dalam kelas tersebut. Berdasarkan
observasi pendahuluan diketahui bahwa kelas VIII SMP YIS Martapura memiliki
kreativitas menulis sangat rendah sehingga membutuhkan tindakan perbaikan.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas melalui proses belajar
mengajar. Oleh karena itu, waktu pelaksanaan penelitian ini disesuaikan dengan
kalender pendidikan sekolah bersangkutan. Penelitian ini dilaksanakan pada
semester genap tahun pelajaran 2011-2012 yaitu pada bulan Januari sampai dengan
bulan Mei 2011.
2.
Objek dan
Subjek Penelitian
Objek dan subjek
penelitian adalah bahan penelitian atau sasaran penelitian tindakan kelas. Objek
penelitian ini adalah proses belajar mengajar, khususnya pembelajaran menulis
di kelas VIII SMP YIS. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP
YIS yang berjumlah 30 siswa dengan
perincian 18 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Untuk lebih rincinya
subjek penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2 sebagai berikut.
Tabel
2
Siswa
Kelas VIII SMP YIS
Tahun
Pelajaran 2011-2012
No
|
Nama
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Keterangan
|
1
|
Adi Saputra
|
√
|
|
|
2
|
Ahmad Saripudin
|
√
|
|
|
3
|
Ahmad Saroji
|
√
|
|
|
4
|
Andika Sanjaya
|
√
|
|
|
5
|
Ari Anggara
|
√
|
|
|
6
|
Candra Prasetia
|
√
|
|
|
7
|
Dimas Angri P
|
√
|
|
|
8
|
Eka Mayasari
|
|
√
|
|
9
|
Ela Nopita Sari
|
|
√
|
|
10
|
Ena Pidia
|
|
√
|
|
11
|
Endang Mustika
|
|
√
|
|
12
|
Erdin Saputra
|
√
|
|
|
13
|
Evi Riani
|
|
√
|
|
14
|
Evita Sari
|
|
√
|
|
15
|
Fredi Saputra
|
√
|
|
|
16
|
Hartati
|
|
√
|
|
17
|
Kori Adia Fratama
|
√
|
|
|
18
|
Lilik Maratus S
|
|
√
|
|
19
|
Liyon
|
√
|
|
|
20
|
Madu Saputra
|
√
|
|
|
21
|
Mala Sari
|
|
√
|
|
22
|
Monia Sari
|
|
√
|
|
23
|
Mutia Panesa
|
|
√
|
|
24
|
Rama Ditya F.D
|
√
|
|
|
25
|
Seto Ageng N
|
√
|
|
|
26
|
Soleh
|
√
|
|
|
27
|
Sugianto
|
√
|
|
|
28
|
Tri Mustika
|
|
√
|
|
29
|
Yhoga Pratama A
|
√
|
|
|
30
|
Yuda Pratama
|
√
|
|
|
Jumlah
|
18
|
12
|
30
|
Sumber: Dokumentasi SMP YIS Juli 2011
3.
Desain
Penelitian
Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan desain penelitian tindakan kelas (action
reseach) atau sering disebut dengan PTK. Berkaitan dengan pengertian
penelitian tindakan kelas Muliawan (2010: 1) menjelaskan sebagai berikut.
Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu bentuk
penelitian yang dilakukan di kelas. PTK umumnya dilakukan oleh guru bekerjasama
dengan peneliti atau ia sendiri sebagai guru berperan ganda melakukan
penelitian individu di kelas, di sekolah atau ditempat ia mengajar untuk tujuan
penyempurnaan maupun peningkatan proses pembelajaran. Penelitian tindakan kelas
bersifat terbatas dalam arti keluasan objek dan sasarang yang menjadi usat
perhatian penelitiannya.
Selain pendapat
tersebut, Wardhani (2008: 14) mengatakan “penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi
diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil
belajar siswa menjadi meningkat”. Penelitian Tindakan Kelas merupakan satu
upaya khusus yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki mutu pendidikan yang
dilaksanakannya.
Kundandar (2011:
44) mengatakan bahwa dalam Penelitian Tindakan Kelas terdapat prinsip-prinsip
yaitu (1) Adanya partisipasi dari peneliti dalam suatu program atau kegiatan,
(2) adanya tujuan untuk meningkatkan kualitas suatu program maupun kegiatan
melalui penelitian tindakan tersebut, (3) Adanya tindakan untuk meningkatkan
kualitas suatu program maupun kegiatan pembelajaran.
Prinsip utama
dalam PTK adalah adanya pemberian tindakan diaplikasikan dalam siklus-siklus
berkelanjutan. Siklus berkelanjutan tersebut digambarkan sebagai suatu proses
dinamis. Muliawan (2010: 42) mengatakan “Penelitian Tindakan Kelas menurut
pembagiannya terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan tindakan (planing),
pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing) serta
refleksi (reflecting)”. Keempat aspek tersebut berjalan secara dinamis.
PTK merupakan penelitian bersiklus, artinya, penelitian ini dilakukan secara
berulang serta berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai. Prosedur keempat aspek penelitian tindakan
kelas digambarkan sebagai berikut.
PERENCANAAN
|
|
PELAKSANAAN
|
|
PENGAMATAN
|
|
REFLEKSI
|
Gambar
1
Ilustrasi
Mekanisme PTK dalam Bentuk Bagan (Muliawan, 2010: 7)
Permasalahan PTK
dianalisis serta dicarikan solusi pemecahannya. Pemecahan masalah dilaksanakan
melalui empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi serta refleksi. Secara
jelas, langkah-langkah tersebut digambarkan sebagai berikut.
|
|
Perencanaan
|
|
|
Refleksi
|
|
SIKLUS 1
|
|
Pelaksanaan
|
|
|
Pengamatan
|
|
|
|
|
Perencanaan
|
|
|
Refleksi
|
|
SIKLUS 2
|
|
Pelaksanaan
|
|
|
Pengamatan
|
|
|
|
|
Perencanaan
|
|
|
Refleksi
|
|
SIKLUS
3
|
|
Pelaksanaan
|
|
|
Pengamatan
|
|
|
Gambar 2
Langkah-langkah PTK (Arikunto, 2006: 97)
Langkah-langkah
sebagaimana dalam gambar 2 merupakan satu siklus atau putaran, artinya sesudah
pengamatan maka kembali ke perencanaan dan seterusnya hingga pembelajaran
diangga tuntas. Meskipun sifatnya berbeda, langkah-langkah tersebut dilakukan
secara bersamaan jika pelaksana dan pengamatan berbeda. Jika pelaksana juga
pengamat, mungkin pengamatan dilakukan setelah pelaksanaan, dengan cara
mengingat-ingat apa yang telah terjadi. Dengan kata lain, objek pengamatan
sudah lampau terjadi.
4.
Sumber Data
Asrori (2008: 51) mengatakan “sumber
data Penelitian Tindakan Kelas antara lain catatan hasil observasi atau
pengamatan, transkri hasil wawancara, rekaman audio, rekaman video tentang
proses kegiatan pembelajaran”. Sumber data penelitian tersebut diambil dalam
situasi nyata di kelas bersama keseluruhan unsur-unsurnya. Sumber data dalam
penelitian ini sebagai berikut.
1)
Sumber Data
Primer
Arikunto (2006: 62)
mengatakan “sumber data primer adalah sumber data pokok langsung terkait dengan
pokok masalah atau objek penelitian”. Sumber data primer merupakan sumber data
bersifat mengikat serta harus relevan dengan maksud penelitian. Data primer
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Literatur
Data literatur
merupakan data berupa buku-buku terkait dengan judul penelitian. Dalam hal ini
digunakan buku Bahasa Indonesia dalam
Karangan Ilmiah ditulis Noerzisri A. Nazar, Teknik-Teknik Pembelajaran Kreatif ditulis Beni S. Ambarjaya, Pembelajaran Menulis ditulis Henrry
Guntur Tarigan, dan Teknik Menulis
Kreatif ditulis Rustatiningsih..
2.
Dokumen
Dokumen meliputi
catatan lapangan selama proses pembelajaran serta hasil belajar siswa berupa
nilai harian siswa. Analisis nilai ulangan harian tersebut dilakukan dengan
membandingkan nilai harian siswa dengan nilai setelah diadakan tindakan
perbaikan.
3.
Lembar Penilaian Kinerja Guru
Lembar Penilaian
Kinerja Guru (LPKG) yaitu daftar nilai
diisi oleh teman sejawat berdasarkan kinerja peneliti dalam pelaksanakan pembelajaran. Lembar penilaian ini
digunakan untuk menganalisis efektifitas serta kecakapan guru dalam
pembelajaran.
Aspek penilaian dalam Lembar Penilaian
Kinerja Guru meliputi kemampuan guru dalam menentukan materi sesuai
dengan kompetensi dasar, pengalokasian waktu, penentuan metode, penentuan
sarana atau sumber, penentuan tehnik penilaian, menyajikan materi pembelajaran,
penerapan metode, prosedur pembelajaran, mengatur siswa di kelas, penggunaan
sarana serta sumber belajar, motivasi siswa dengan berbagai cara positif,
memberikan pertanyaan umpan balik, serta menyimpulkan pelajaran.
2)
Sumber Data
Skunder
Arikunto (2006:
63) mengatakan “sumber data skunder adalah data-data pendukung data primer”.
Dalam penelitian ini terdapat dua data skunder, yaitu.
1.
Tempat dan Objek Penelitian
Tempat dan objek
penelitian yang menjadi data dalam penelitian ini adalah objek atau tempat
digunakan guru bersama siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran menulis puisi
yaitu lokal kelas VIII SMP YIS.
2.
Literatur Pendukung
Dalam hal ini
peneliti menggunakan berbagai buku pendukung data primer. Diantara buku-buku
tersebut adalah Metodologi Penelitian
Tindakan Kelas ditulis Ahmad Asrori dan Classroom
in Action ditulis oleh Nizar Alam Hamdani.
5.
Metode Pengumpulan
Data
1)
Observasi
Istilah observasi berasal dari bahasa
Latin berarti melihat serta memperhatikan. Kunandar (2011: 73) mengatakan
“observasi dalam Penelitian Tindakan Kelas berfungsi untuk mendokumentasikan
pengaruh tindakan terkait. Observasi tersebut berorientasi ke masa akan datang,
memberikan dasar bagi refleksi sekarang, lebih-labih lagi ketika putaran sedang
berjalan”.
Istilah observasi diarahkan pada
kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena, mempertimbangkan
hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam
penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial,
observasi dapat berlangsung dalam konteks laboratoriurn (experimental) maupun konteks alamiah.
Moleong (2002: 42) mengatakan “observasi
berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah,
sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checkingin atau pembuktian terhadap informasi sebelumnya”.
Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan serta
pencatatan fenomena-fenomena diselidiki secara sistematik. Dalam arti luas
observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pengamatan tidak langsung misalnya melalui questionnaire maupun tes.
Observasi dalam penelitian ini dilakukan
dengan melakukan pengamatan proses pembelajaran menulis untuk melihat
perkembangan sebelum maupun sesudah dilakukan tindakan. Observasi terhadap guru
difokuskan pada kemampuan guru dalam mengelola kelas serta merangsang keaktifan
siswa dalam pembelajaran sedang berlangsung. Sementara itu, observasi terhadap
siswa difokuskan pada keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis
melalui penerapan metode group
investigation.
Adapun lembar observasi dalam penelitian
ini sebagaimana dalam tabel 3 sebagai berikut.
Tabel 3
Contoh Lembar Pengamatan Kegiatan Pembelajaran
Menulis Menggunakan Metode Group
Investigation
NO
|
NAMA SISWA
|
Keaktifan
|
Kedisiplinan
|
Motivasi
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Adi Saputra
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Ahmad
Saripudin
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Ahmad
Saroji
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Andika
Sanjaya
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Ari Anggara
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Candra Prasetia
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Dimas Angri P
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
Eka
Mayasari
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9
|
Ela
Nopita Sari
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10
|
Ena
Pidia
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
11
|
Endang
Mustika
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
12
|
Erdin
Saputra
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
13
|
Evi
Riani
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
14
|
Evita
Sari
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
15
|
Fredi
Saputra
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
16
|
Hartati
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
17
|
Kori
Adia Fratama
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
18
|
Lilik
Maratus S
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
19
|
Liyon
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
20
|
Madu
Saputra
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
21
|
Mala
Sari
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
22
|
Monia
Sari
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
23
|
Mutia
Panesa
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
24
|
Rama Ditya F.D
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
25
|
Seto Ageng N
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
26
|
Soleh
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
27
|
Sugianto
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
28
|
Tri Mustiko
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
29
|
Yhoga Pratama A
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
30
|
Yuda Pratama
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perolehan
Nilai
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan:
Aspek
yang dinilai = 3
Skor
maksimal = 4 x 3 = 12
Cara
Perhitungan =
2)
Wawancara
Hamdani (2008:
76) mengatakan “wawancara adalah cara untuk mengumpulkan data dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada subyek penelitian”. Wawancara yaitu
dengan melakukan wawancara terhadap guru dan sejumlah siswa untuk mengetahui
pendapat mereka tentang proses pembelajaran menulis melalui penerapan metode group investigation, kesulitan dihadapi
serta informasi lain dibutuhkan peneliti.
3)
Tes
Hamdani (2008: 77) mengatakan “tes merupakan alat pengukur data berharga dalam penelitian. Tes adalah seperangkat stimuli yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban dijadikan
penetapan skor angka.” Tes yaitu dengan memberikan tugas
kepada siswa untuk menulis paragraf deduktif sebelum maupun sesudah adanya
tindakan perbaikan menggunakan metode group
investigation.
Standar penilaian terhadap hasil tulisan
paragraf deduktif siswa dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut.
Tabel 4
Contoh Model Penilaian Kreativitas Menulis Paragraf
Deduktif dengan Pembobotan Masing-Masing Unsur
No
|
Unsur yang Dinilai
|
Skor Maksimal
|
Skor Siswa
|
1
|
Isi gagasan yang
dikemukakan
|
30
|
|
2
|
Organisasi isi
|
25
|
|
3
|
Tata bahasa
|
20
|
|
4
|
Gaya pilihan struktur
dan kosakata
|
15
|
|
5
|
Ejaan
|
10
|
|
Jumlah
|
100
|
|
Sumber: Sukino (2011: 106)
4)
Lembar
Penilaian Kinerja Guru
Lembar Penilian Kinerja Guru (LPKG)
yaitu daftar nilai diisi oleh teman sejawat berdasarkan kinerja peneliti dalam
pelaksanakan pembelajaran. Lembar penilian ini digunakan untuk menganalisis
efektifitas serta kecakapan guru dalam pembelajaran. Lebih jelasnya lembar
Penilaian Kinerja Guru (LPKG) dalam penelitian ini sebagaimana dalam tabel 5
sebagai berikut.
Tabel 5
Lembar Penilaian Kinerja Guru Kelas VIII SMP YIS
Oleh Teman Sejawat
No
|
Aspek
yang Dinilai
|
Kemunculan
|
Nilai (Angka/Huruf)
|
|||
Ada
|
Tidak
Ada
|
3/A
(Baik)
|
2/B
(Sedang)
|
1/C (Kurang)
|
||
1.
|
1) Menentukan
materi sesuai dengan kompetensi yang ditentukan
2) Pengalokasian
waktu
3) Penentuan
metode
4) Penentuan
sarana atau sumber
5) Penentuan
tehnik penilaian
6) Menyajikan
materi pembelajaran
7) Penerapan
metode dan prosedur pembelajaran yang ditentukan
8) Mengatur
siswa di kelas
9) Penggunaan
sarana dan sumber belajar
10) Motivasi
siswa dengan berbagai cara yang positif
11) Memberikan
pertanyaan umpan balik
12) Menyimpulkan
pelajaran
|
|
|
|
|
|
Perolehan Nilai
|
|
|
|
|||
Jumlah
|
|
Keterangan:
Aspek
yang dinilai = 12
Skor
maksimal = 3 x 12 = 36
Cara
Perhitungan =
Standar
penilaian =
Huruf
|
Angka
1-3
|
Angka
25 – 100
|
Status
|
A
|
3
|
77 – 100
|
Baik
|
B
|
2
|
51 – 76
|
Cukup
|
C
|
1
|
25 – 50
|
Kurang
|
6.
Metode
Analisis Data
Asrori (2008:
51) mengatakan “analisis data dalam Penelitian Tindakan Kelas dilakukan melalui
refleksi pada setiap tahapan siklus tindakan”. Melalui kegiatan refleksi guru
sebagai peneliti akan memiliki wawasan bersifat mendalam dan otentik yang
sangat membantu dalam menafsirkan atau memberikan makna hasil penelitian
tindakan.
Data dalam penelitian ini secara umum dianalisis melalui deskriptif
kualitatif. Analisis data dilakukan pada tiap data dikumpulkan, baik data
kualitatif maupun data kuantitatif. Data kuantitatif dianalisis dengan
menggunakan rumus kuantitatif sederhana yakni dengan persentase (%) yaitu.
Keterangan :
t = Presentase ketuntasan
f = Jumlah siswa yang mencapai KKM
n = Jumlah siswa seluruhnya
100 = Konstanta
Analisis data tersebut diperoleh berdasarkan hasil tindakan pada setiap
siklus. Hasil tindakan pada setiap
siklus dibandingkan dengan hasil tes awal untuk mengetahui presentase peningkatan kemampuan siswa. Setiap siklus diupayakan
adanya peningkatan-peningkatan perolehan skor hasil belajar siswa untuk
menunjukkan efektivitas pembelajaran. Ketuntasan yang hendak dicapai adalah 85%
dari jumlah siswa keseluruhan telah mencapai KKM ditetapkan yaitu 65.
Pada setiap siklus deskripsikan jumlah skor semua siswa, minat
siswa dalam mengikuti pelajaran, daya serap siswa serta rata-rata skor untuk aspek kelogisan penalaran siswa, kemampuan siswa
dalam menyelesaikan masalah dan tingkat pemahaman siswa. Selain itu, juga di
puisikan jumlah skor, jumlah nilai, rata-rata nilai dan tingkat daya serap dan
ketuntasan belajar siswa setiap siklus.
Data nontes diperoleh
melalui kegiatan observasi, wawancara, maupun jurnal. Ketiga ini saling
terkait. Hasil kegiatan observasi serta jurnal akan memberikan gambaran
mengenai siswa yang masih mengalami kesulitan menulis puisi. Selanjutnya mereka
menjadi sasaran wawancara. Dengan demikian akan ditemukan solusi terhadap
kesulitan dialami siswa serta pada akhirnya siswa dapat meningkatkan intensitas
membacanya.
D.
Prosedur
Penelitian
Prosedur penelitian ini meliputi
tahap-tahap sebagai berikut.
1.
Tahap Perencanaan Penelitian
Kegiatan peneliti pada tahap perencanaan
adalah menyiapkan segala kebutuhan penelitian. Secara jelas kegiatan peneliti
sebagai berikut.
1)
Melakukan survei awal tentang
pembelajaran menulis paragraf deduksi di kelas VIII SMP YIS.
2)
Mengidentifikasi masalah pembelajaran
menulis paragraf deduksi di kelas VIII SMP YIS.
3)
Mengidentifikasi kreativitas menulis
paragraf deduksi siswa kelas VIII SMP YIS.
4)
Menganalisis masalah secara mendalam
dengan mengacu pada teori-teori relevan.
5)
Menyusun bentuk tindakan sesuai untuk
mengatasi permasalahan ditemukan dengan menggunakan metode group investigation pada
siklus pertama, kedua dan ketiga.
6)
Menyusun Rencangan Pelaksanaan
Pembelajaran.
7)
Menyusun jadwal penelitian serta
rancangan pelaksanaan tindakan.
8)
Menyusun lembar observasi serta lembar
evaluasi kerja siswa berupa rubrik penilaian hasil kerja siswa.
2.
Tahap Pelaksanaan Tindakan
Indikator pencapaian penelitian ini
adalah meningkatnya kualitas proses serta hasil pembelajaran menulis paragraf
deduktif pada siswa kelas VIII SMP YIS melalui pengoptimalan penerapan metode group investigation. Setiap tindakan menunjukkan peningkatan indikator tersebut
dirancang dalam satu siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu (1)
perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, serta (4)
analisis dan refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya. Penelitian ini
dilaksanakan dalam tiga siklus sebagai berikut.
a. Rancangan
Siklus I
1. Perencanaan
Kegiatan perencanaan dilaksanakan dengan
menganalisis berbagai permasalahan dalam pembelajaran menulis paragraf deduktif
siswa. Adapun masalah yang didiskusikan
sebagai berikut.
1)
Peneliti menyamakan persepsi dengan guru
mengenai penelitian perbaikan kreativitas menulis paragraf deduktif melalui
penerapan metode group investigation.
2)
Peneliti bersama guru sebagai teman
sejawat menyusun RPP untuk siklus 1.
3)
Peneliti bersama guru sebagai teman
sejawat merumuskan indikator pencapaian tujuan.
4)
Peneliti bersama guru sebagai teman
sejawat membuat lembar penilaian siswa yaitu instrument penelitian
berupa tes dan nontes. Instrument tes digunakan untuk menilai hasil
tulisan siswa. Instrument nontes digunakan untuk menilai sikap siswa
dalam pembelajaran menulis paragraf deduktif.
Instrument nontes ini berbentuk pedoman observasi.
5)
Menentukan jadwal pelaksanaan tindakan.
2.
Pelaksanaan
a.
Kegiatan Awal (10 menit)
1) Guru
mengucapkan salam.
2) Penyiapan
kondisi fisik
3) Aktivitas
guru pada tahap ini mengabsen siswa dan menyiapkan bahan pelajaran. Peneliti
menempatkan diri sebagai pertisipan pasif dengan berada di kursi bagian
belakang sehingga peneliti dapat mengamati jalannya kegiatan belajar mengajar
tanpa mengganggu proses belajar mengajar sedang berlangsung.
4) Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan prosedur pelaksanaan
pembelajaran menulis paragraf deduktif dengan menerapkan metode group
investigation.
5) Apersepsi
Tujuan apersepsi di sini adalah
untuk mengkondisikan siswa agar siap menerima pelajaran dengan baik. Apersepsi
dilakukan dengan mengenalkan siswa pada berbagai macam bentuk paragraf. Guru
memberi apersepsi mengenai pembelajaran keterampilan menulis. Guru menjelaskan
secara singkat mengenai hasil tulisan paragraf deduktif pada pretes.
Guru memberikan penjelasan pada siswa bahwa hasil tulisan paragraf deduktif
mereka masih ditemukan beberapa kekurangan, guru juga menunjuk letak atau
contoh-contoh kesalahan sering dilakukan oleh siswa. Kemudian guru menunjukkan
tata cara penulisan paragraf deduktif dengan benar.
b.
Kegiatan Inti (60 menit)
1)
Guru menjelaskan pengertian serta
jenis-jenis paragraf.
2)
Guru memberikan penjelasan singkat
mengenai ide pokok dalam paragraf.
3)
Guru menyajikan beberapa contoh
paragraf.
4)
Guru bersama-sama siswa mengidentifikasi
contoh jenis-jenis paragraf.
5)
Guru menjelaskan langkah-langkah menulis
paragraf.
6)
Guru menjelaskan ciri-ciri bentuk
paragraf.
7)
Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok.
8)
Guru membagikan contoh-contoh paragraf
pada setiap kelompok.
9)
Siswa mengidentifikasi ciri-ciri contoh
paragraf secara berkelompok.
10) Siswa
perwakilan kelompok ke depan kelas menyampaikan identifikasi kelompoknya.
11) Guru
menugaskan siswa menulis paragraf deduktif sebagai evaluasi.
c.
Kegiatan Akhir (10 menit)
1)
Guru memberikan evaluasi
2)
Guru memberikan pemantapan.
3)
Guru menugaskan siswa untuk membuat
karangan berisi pengalaman pribadi dengan menggunakan paragraf deduktif.
3.
Observasi
Observasi kegiatan kelas dilakukan pada
saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan dengan menggunakan
lembar pedoman observasi berisi pernyataan perilaku siswa selama mengikuti
proses pembelajaran. Peneliti dibantu teman sejawat untuk mengampu mata
pelajaran bahasa Indonesia dalam mengobservasi, yaitu untuk mencatat hal-hal
dilakukan siswa baik positif maupun negatif selama pembelajaran berlangsung.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui efektifitas pembelajaran
dilaksanakan serta aktivitas belajar siswa.
Selain itu, pada kegiatan observasi ini,
guru melakukan wawancara kepada siswa. Wawancara hanya dilakukan terhadap
beberapa siswa yang mewakili siswa bernilai baik dan kurang. Oleh karena itu
peneliti mengadakan wawancara di luar jam mengajar, setelah diketahui hasil tes
pada masing-masing siswa, baik tes lisan maupun tes tertulis.
Pengamatan dalam kegiatan belajar
mengajar dilakukan secara kolaboratif dengan guru mitra terhadap pelaksanaan
jalannya proses belajar mengajar melalui lembar observasi. Urut-urutan penyajian
kegiatan guru dan kegiatan siswa dicatat melalui lembar observasi. Hal diamati
mencakup kegiatan siswa maupun guru, melalui pengamatan dapat diketahui
bagaimana sikap serta perilaku individu siswa, kegiatan dilakukan, tingkat
keaktifan dalam melakukan kegiatan pembelajaran, proses kegiatan dilakukan,
menilai aktivitas belajar siswa serta hasil evaluasi diperoleh dari kegiatan
siswa. Hasil pengamatan siklus ini dapat dilihat pada lampiran.
4.
Refleksi
Setelah pelaksanaan tindakan, peneliti
melakukan analisis terhadap hasil tes, hasil observasi, serta hasil wawancara
telah dilakukan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kelebihan serta
kekurangan dalam pembelajaran menulis paragraf deduktif dengan menggunakan metode
group investigation dan untuk mengetahui
tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran.
b. Rancangan
Siklus II
Siklus II dilakukan dengan
tahapan-tahapan seperti pada siklus I, yaitu tahap pelaksanaan, observasi,
analisis serta refleksi. Akan tetapi, didahului dengan perencanaan ulang
berdasarkan hasil-hasil diperoleh pada siklus I (refleksi) sehingga kekurangan
pada siklus I tidak terjadi pada siklus II.
c. Rancangan
Siklus III
Siklus III dilakukan dengan
tahapan-tahapan seperti pada siklus II, yaitu tahap pelaksanaan, observasi,
serta analisis dan refleksi. Akan tetapi, didahului dengan perencanaan ulang
berdasarkan hasil-hasil diperoleh pada siklus II (refleksi) sehingga kekurangan
terjadi pada siklus II tidak terjadi pada siklus III.
5.
Tahap
Penyusunan Laporan
Tahap ini
dilaksanakan setelah penelitian selesai dilakukan. Peneliti menyusun laporan
mengenai keberhasilan peningkatan kemampuan menulis paragraf deduktif pada
pelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan metode group investigation. Tahap ini dilakukan dengan mengamati dan
menginterpretasi aktivitas peningkatan aktivitas belajar pada proses
pembelajaran baik aktivitas guru dan siswa maupun pada tingkat penguasaan siswa yang telah dilaksanakan untuk
mendapatkan data tentang kelebihan dan kekurangan pelaksanaan tindakan.
E.
Sistematika
Penulisan
Agar dalam
laporan ini alur pembahasannya dapat runtut serta mencakup semua rumusan
masalah, maka peneliti membuat sistematika pembahasan sebagai berikut.
1.
Bagian
Awal
Bagian ini meliputi Halaman Sampul, Pernyataan
Keorisinilan Penelitian, Pengantar Skripsi, Persetujuan Penguji, Halaman
Pengesahan, Halaman Motto, Halaman Persembahan, Kata Pengantar, Daftar Isi,
Daftar Lampiran dan Abstrak.
2.
Bagian
Tengah
BAB I PENDAHULUAN
Bagian ini
terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bagian ini
terdiri dari pengertian menulis, tujuan menulis, pengertian paragraf,
macam-macam paragraf, pengertian paragraf deduktif, ciri-ciri paragraf
deduktif, hakikat metode group
investigation.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bagian ini
terdiri atas Tempat serta Waktu Penelitian, Objek serta Subjek Penelitian,
Disain Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data
dan Prosedur Penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Bagian ini
terdiri atas Hasil Penelitian yang meliputi
puisi Hasil Tes Awal, puisi Hasil
Penelitian Siklus I, puisi Hasil
Penelitian Siklus II, puisi Hasil
Penelitian Siklus III, dan pembahasan Hasil Penelitian.
BAB V PENUTUP
Bagian
ini terdiri atas Simpulan dan Saran
3.
Bagian
Akhir
Bagian ini terdiri atas Daftar Pustaka, Rencana
Perbaikan Pembelajaran, Kesediaan Teman Sejawat, Quesioner Sebelum Perbaikan,
Lembar Observasi Siklus 1, Siklus 2 dan Siklus 3, Lembar Pengamatan Kegiatan
Pembelajaran Siklus 1 Siklus 2 dan Siklus 3, Panduan Wawancara Responden Siswa,
Panduan Wawancara Responden Teman Sejawat, Instrumen Tes Tulis Siklus 1 Siklus
2 dan Siklus 3, Perolehan Hasil Belajar
Sebelum Perbaikan dan Setelah Perbaikan Siklus 1, Siklus 2 dan Siklus 3,
Riwayat Hidup, Pernyataan Keaslian Tulisan dan Kartu Bimbingan 1, Siklus 2 dan
Siklus 3 serta Surat Keputusan Bimbingan Penelitian
F.
Jadwal
Penelitian
Sesuai dengan
kalender pendidikan, penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun
pelajaran 2011-2012. Penelitian ini dimulai pada bulan Januari sampai dengan
bulan Mei 2012. Lebih jelasnya kegiatan penelitian sebagaimana dalam jadwal
penelitian sebagai berikut.
Tabel
6
Jadwal
Penelitian
No
|
Kegiatan
|
Januari
|
Februari
|
Maret
|
April
|
Mei
|
|||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Perencanaan
|
√
|
|
|
|
|
|||||||||||||||
2
|
Persiapan
|
√
|
|
|
|
|
|||||||||||||||
3
|
Evaluasi
|
√
|
√
|
|
|
|
|
||||||||||||||
4
|
Pengajuan Judul
|
√
|
|
|
|
|
|||||||||||||||
5
|
Pengajuan Proposal
|
√
|
√
|
|
|
|
|
||||||||||||||
6
|
Seminar Proposal
|
|
√
|
|
|
|
|
||||||||||||||
7
|
Perbaikan Proposal
|
√
|
√
|
|
|
|
|
||||||||||||||
8
|
ACC Proposal
|
√
|
|
|
|
|
|||||||||||||||
9
|
Pengumpulan Data
|
√
|
|
|
|
|
|||||||||||||||
10
|
Analisis Data
|
√
|
√
|
√
|
|
|
|
|
|||||||||||||
11
|
Pengolahan Data
|
√
|
|
|
|
|
|||||||||||||||
12
|
Penyusunan Laporan
|
√
|
|
|
|
|
|||||||||||||||
13
|
Munaqasyah
|
√
|
|
|
|
|
|||||||||||||||
14
|
Revisi Munaqayah
|
√
|
|
|
|
||||||||||||||||
15
|
Penjilidan Laporan
|
|
√
|
|
|
||||||||||||||||
16
|
Penyerahan Laporan
|
|
|
√
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar