Senin, 09 April 2012

PRESTASI BELAJAR


Sebelum mengulas pengertian prestasi belajar, dapat terlihat bahwa prestasi belajar merupakan satu kalimat memiliki arti berbeda namun saling berkaitan, yakni prestasi dan belajar. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan setelah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan.
Prestasi merupakan hasil yang diperoleh setelah melakukan suatu kegiatan baik dilakukan oleh individu maupun oleh suatu kelompok. Selanjutnya merupakan pengertian dari belajar, Hamalik (2008: 36) mengatakan “belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman” Hasil dari aktifitas belajar terjadilah perubahan dalam diri individu. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil bila telah terjadi perubahan dalam diri individu. Perubahan-perubahan individu merupakan indikator hasil belajar dalam suatu proses pembelajaran. Prestasi belajar merupakan hasil setelah melakukan suatu kegiatan akan menimbulkan suatu perubahan-perubahan pada diri individu.
Prestasi belajar adalah hasil dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana dinyatakan dalam raport. Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot dicapainya. Nasution (2010: 17) menjelaskan prestasi belajar sebagai berikut.
Prestasi belajar adalah kesempurnaan dicapai seseorang dalam berfikir, merasa serta berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni kognitif, affektif maupun psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.

Prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan siswa dalam menerima, menolak serta menilai informasi-informasi dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
Sehubungan dengan maksud judul penelitian ini yaitu prestasi belajar bahasa Indonesia dikatakan bahwa prestasi belajar bahasa Indonesia adalah kemampuan siswa dalam mengaplikasikan berbagai materi belajar. Prestasi belajar bahasa Indonesia ditandai dengan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulis. Fatkhurrohman (2009: 113) menjelaskan ciri-ciri belajar yang berhasil sebagai berikut.
(1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi baik secara individual mapun kelompok, (2) prilaku yang digarikan dalam tujuan pengajaran khusus telah dicapai oleh siswa baik secara individu maupun kelompok, dan (3) terjadinya proses pemahaman materi yang secara sekuensial mengantarkan materi tahap berikutnya.

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa menggambarkan hasil usaha yang dilakukan oleh guru dalam memfasilitasi serta menciptakan kondisi kegiatan belajar. Dengan kata lain, tujuan usaha guru diukur dengan hasil belajar siswa. Oleh sebab itu, untuk mengetahui seberapa jauh tujuan itu tercapai, guru perlu mengetahui tipe hasil belajar yang akan dicapai melalui kegiatan belajar.
Sistem pengajaran di sekolah mengelompokkan tujuan pendidikan hendak dicapai ke dalam tiga bidang yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Sebagai tujuan yang hendak dicapai tiga bidang tersebut harus Nampak serta dipandang sebagai hasil belajar siswa dari proses pengajaran yang dilakukan oleh guru. Sebagai hasil belajar, perubahan pada tiga bidang tersebut secara teknisk dirumuskan dalam pernyataan verbal melalui tujuan pengajaran serta dijadikan acuan dalam pengklasifikasikan prestasi belajar. Aly (2008: 54) mengatakan “prestasi belajar meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik”.
a.         Prestasi Belajar Aspek Kognitif
Prestasi belajar aspek kognitif ini hanya menitikberatkan pada masalah atau bidang intelektual sehingga kemampuan akal akan selalu mendapatkan perhatian yaitu kerja otak untuk dapat menguasai berbagai pengetahuan yang diterimanya. Bloom sebagaimana dikutip Slameto (1995: 16) mengklasifikan tujuan kognitif menjadi enam tingkatan yaitu jenis pengetahuan, jenis pemahaman, jenis aplikasi, jenis analisis, jenis sintesis, dan jenis evaluasi.
1.    Jenis Pengetahuan.
Jenis ini mengacu pada kemampuan mengenal atau mengingat materi telah dipelajari dari yang sederhana kepada materi sulit. Masalah terpenting disini adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar. Jadi hasil belajar pengetahuan ini penting sebagai persyaratan untuk menguasai dan mempelajari hasil belajar lainnya.
Aly (2008: 54) mengatakan “ciri utama taraf pengetahuan adalah ingatan. Untuk memperoleh dan menguasai pengetahuan dengan baik, siswa perlu mengingat dan menghafal”. Tipe prestasi belajar ini berada pada taraf paling rendah jika dibandingkan dengan tipe prestasi belajar lainnya. Meskipun demikian, tipe prestasi belajar ini merupakan prasyarat untuk menguasai dan mempelajari tipe prestasi belajar lainnya yang lebih tinggi.
2.    Jenis pemahaman.
Jenis ini mengacu pada kemampuan memahami makna materi  pelajaran. Pada umumnya unsur pemahaman ini menyangkut kemampuan menangkap makna suatu konsep dengan kata-kata sendiri. Dalam memahami sesuatu, diperlukan adanya hubungan atau keterpaduan antara konsep dengan makna dalam konsep tersebut, pemahaman disini tingkatannya lebih tinggi dari pengetahuan. Aly (2008: 54) mengatakan “pemahaman meliputi penerjemahan yaitu kesanggupan memahami makna, penafsiran serta pemahaman ekstrapolasi yakni kesanggupan melihat di balik yang tertulis, tersirat maupun tersurat, meramalkan sesuatu atau memperluas wawasan”.
3.    Jenis aplikasi.
Jenis ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari dalam situasi konkrit yang baru. Aly (2008: 55) mengatakan “aplikasi adalah siswa yang mampu menerapkan pengetahuan yang sudah dimiliki pada situasi baru. Aplikasi disini tingkatannya lebih tinggi dari pemahaman”.
4.    Jenis Analisis
Aly (2008: 55) mengatakan “analisis adalah kesanggupan memisah, menguraikan sesuatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian yang mempunyai arti”. Analisis sangat diperlukan oleh siswa sebagai bukti bahwa ia telah mengusai pengetahuan, pemahaman dan mampu mengaplikasikan. Analisis ini ditingkatan lebih tinggi dari aplikasi.
5.    Jenis sintesis
Jenis ini mengacu pada kemampuan memadukan berbagai konsep atau komponen, sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Jadi dalam sintesis lebih ditekankan pada kesanggupan menyatukan unsur integritas. Sintesis ini tingkatannya lebih tinggi dari analisis.
6.    Jenis evaluasi
Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang telah dimilikinya serta kriteria yang dipakai. Hasil belajar ini merupakan hasil belajar yang lebih tinggi dari semua jenis kognitif.
b.        Prestasi Belajar Aspek Afektif
Prestasi  belajar   aspek  afektif ini lebih banyak menitikberatkan pada bidang sikap dan tingkah laku. Aspek   ini   sudah   tentu   mempunyai nilai   yang   lebih tinggi karena didalamnya menyangkut kepribadian siswa. Selain itu juga aspek ini dapat dikatakan berhasil apabila siswa benar-benar mampu bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan tujuan pendidikan dan apa yang diharapkan oleh guru. Bloom sebagaimana dikutip Slameto (1995: 17) Aspek afektif terdiri dari lima aspek sebagai berikut:
(1) Jenis penerimaan yaitu kemampuan memperhatikan dalam memberikan respon terhadap stimulasi yang tepat. Hasil belajar ini merupakan tingkat palinh rendah pada domain afektif, (2) Jenis pemberian respon yaitu kemampuan untuk dapat memberikan respon secara aktif, menjadi peserta yang tertarik. Hasil belajar ini lebih tinggi dari penerimaan, (3) Jenis penilaian yaitu kemampuan untuk dapat memberikan penilaian atau pertimbangan dan pentingnya keterkaitan pada suatu objek kejadian tertentu dengan reaksi seperti menerima, menolak, tidak menghiraukan, acuh tak acuh. Perilaku tersebut dapat diklasifikasikan menjadi sikap apresiasi, dan (4) Jenis pengorganisasian yaitu pengembangan nilai suatu sistem organisasi termasuk menentukan hubungan suatu nilai lain dan kemantapan, serta prioritas nilai yang dimilikinya, (5) Jenis karakterisasi yaitu keterpaduan dari semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang telah mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya, disini termasuk nilai dan karakterisasinya.

c.         Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik
Slameto (1995: 19) mengatakan bahwa “prestasi belajar aspek psikomotorik adalah perubahan tingkah laku siswa setelah belajar. Aspek psikomotorik merupakan kemampuan siswa dalam melakukan sesuatu sebagai implikasi terhadap pembelajaran yang telah diikuti”. Segi psikomotorik meliputi persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan respons kompleks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar