Sebelum mengulas pengertian prestasi belajar, dapat terlihat bahwa
prestasi belajar merupakan satu kalimat memiliki arti berbeda namun saling
berkaitan, yakni prestasi dan belajar. Prestasi adalah hasil dari suatu
kegiatan setelah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok.
Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu
kegiatan.
Prestasi merupakan hasil yang diperoleh setelah melakukan suatu
kegiatan baik dilakukan oleh individu maupun oleh suatu kelompok. Selanjutnya
merupakan pengertian dari belajar, Hamalik (2008: 36) mengatakan “belajar
adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman” Hasil dari aktifitas
belajar terjadilah perubahan dalam diri individu. Dengan demikian belajar
dikatakan berhasil bila telah terjadi perubahan dalam diri individu.
Perubahan-perubahan individu merupakan indikator hasil belajar dalam suatu
proses pembelajaran. Prestasi belajar merupakan hasil setelah melakukan suatu
kegiatan akan menimbulkan suatu perubahan-perubahan pada diri individu.
Prestasi belajar adalah hasil dicapai oleh seseorang dalam usaha
belajar sebagaimana dinyatakan dalam raport. Prestasi belajar adalah suatu
bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan
kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot dicapainya. Nasution (2010: 17) menjelaskan
prestasi belajar sebagai berikut.
Prestasi
belajar adalah kesempurnaan dicapai seseorang dalam berfikir, merasa serta
berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni
kognitif, affektif maupun psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang
memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.
Prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan siswa dalam menerima,
menolak serta menilai informasi-informasi dalam proses belajar mengajar.
Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam
mempelajari materi pelajaran dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap
bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa
dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat
memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
Sehubungan dengan maksud judul penelitian ini yaitu prestasi belajar bahasa Indonesia dikatakan bahwa prestasi
belajar bahasa Indonesia adalah kemampuan siswa dalam mengaplikasikan berbagai
materi belajar. Prestasi belajar bahasa Indonesia ditandai dengan kemampuan
siswa dalam berkomunikasi dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulis.
Fatkhurrohman (2009: 113) menjelaskan ciri-ciri belajar yang berhasil sebagai
berikut.
(1) Daya serap
terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi baik secara
individual mapun kelompok, (2) prilaku yang digarikan dalam tujuan pengajaran
khusus telah dicapai oleh siswa baik secara individu maupun kelompok, dan (3)
terjadinya proses pemahaman materi yang secara sekuensial mengantarkan materi
tahap berikutnya.
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa menggambarkan hasil usaha yang
dilakukan oleh guru dalam memfasilitasi serta menciptakan kondisi kegiatan
belajar. Dengan kata lain, tujuan usaha guru diukur dengan hasil belajar siswa.
Oleh sebab itu, untuk mengetahui seberapa jauh tujuan itu tercapai, guru perlu
mengetahui tipe hasil belajar yang akan dicapai melalui kegiatan belajar.
Sistem pengajaran di sekolah mengelompokkan tujuan pendidikan hendak
dicapai ke dalam tiga bidang yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Sebagai
tujuan yang hendak dicapai tiga bidang tersebut harus Nampak serta dipandang
sebagai hasil belajar siswa dari proses pengajaran yang dilakukan oleh guru.
Sebagai hasil belajar, perubahan pada tiga bidang tersebut secara teknisk
dirumuskan dalam pernyataan verbal melalui tujuan pengajaran serta dijadikan
acuan dalam pengklasifikasikan prestasi belajar. Aly (2008: 54) mengatakan
“prestasi belajar meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik”.
a.
Prestasi
Belajar Aspek Kognitif
Prestasi belajar aspek kognitif ini hanya menitikberatkan pada masalah
atau bidang intelektual sehingga kemampuan akal akan selalu mendapatkan
perhatian yaitu kerja otak untuk dapat menguasai berbagai pengetahuan yang
diterimanya. Bloom sebagaimana dikutip Slameto (1995: 16) mengklasifikan tujuan
kognitif menjadi enam tingkatan yaitu jenis pengetahuan, jenis pemahaman, jenis
aplikasi, jenis analisis, jenis sintesis, dan jenis evaluasi.
1. Jenis
Pengetahuan.
Jenis ini mengacu pada kemampuan mengenal atau mengingat materi telah
dipelajari dari yang sederhana kepada materi sulit. Masalah terpenting disini
adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar. Jadi hasil belajar
pengetahuan ini penting sebagai persyaratan untuk menguasai dan mempelajari
hasil belajar lainnya.
Aly (2008: 54) mengatakan “ciri utama taraf pengetahuan adalah ingatan.
Untuk memperoleh dan menguasai pengetahuan dengan baik, siswa perlu mengingat
dan menghafal”. Tipe prestasi belajar ini berada pada taraf paling rendah jika
dibandingkan dengan tipe prestasi belajar lainnya. Meskipun demikian, tipe
prestasi belajar ini merupakan prasyarat untuk menguasai dan mempelajari tipe
prestasi belajar lainnya yang lebih tinggi.
2. Jenis
pemahaman.
Jenis ini mengacu pada kemampuan memahami makna materi pelajaran. Pada umumnya unsur pemahaman ini
menyangkut kemampuan menangkap makna suatu konsep dengan kata-kata sendiri.
Dalam memahami sesuatu, diperlukan adanya hubungan atau keterpaduan antara
konsep dengan makna dalam konsep tersebut, pemahaman disini tingkatannya lebih
tinggi dari pengetahuan. Aly (2008: 54) mengatakan “pemahaman meliputi
penerjemahan yaitu kesanggupan memahami makna, penafsiran serta pemahaman
ekstrapolasi yakni kesanggupan melihat di balik yang tertulis, tersirat maupun
tersurat, meramalkan sesuatu atau memperluas wawasan”.
3. Jenis
aplikasi.
Jenis ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan apa yang
telah dipelajari dalam situasi konkrit yang baru. Aly (2008: 55) mengatakan
“aplikasi adalah siswa yang mampu menerapkan pengetahuan yang sudah dimiliki
pada situasi baru. Aplikasi disini tingkatannya lebih tinggi dari pemahaman”.
4. Jenis
Analisis
Aly (2008: 55) mengatakan “analisis adalah kesanggupan memisah,
menguraikan sesuatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian yang mempunyai
arti”. Analisis sangat diperlukan oleh siswa sebagai bukti bahwa ia telah
mengusai pengetahuan, pemahaman dan mampu mengaplikasikan. Analisis ini
ditingkatan lebih tinggi dari aplikasi.
5. Jenis
sintesis
Jenis ini mengacu pada kemampuan memadukan berbagai konsep atau komponen,
sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Jadi dalam sintesis
lebih ditekankan pada kesanggupan menyatukan unsur integritas. Sintesis ini
tingkatannya lebih tinggi dari analisis.
6. Jenis
evaluasi
Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu
berdasarkan judgment yang telah dimilikinya serta kriteria yang dipakai. Hasil
belajar ini merupakan hasil belajar yang lebih tinggi dari semua jenis
kognitif.
b.
Prestasi
Belajar Aspek Afektif
Prestasi belajar aspek afektif
ini lebih banyak menitikberatkan pada bidang sikap dan tingkah laku. Aspek ini sudah
tentu mempunyai nilai yang lebih
tinggi karena didalamnya menyangkut kepribadian siswa. Selain itu juga aspek
ini dapat dikatakan berhasil apabila siswa benar-benar mampu bersikap dan
bertingkah laku sesuai dengan tujuan pendidikan dan apa yang diharapkan oleh
guru. Bloom sebagaimana dikutip Slameto (1995: 17) Aspek afektif terdiri dari
lima aspek sebagai berikut:
(1) Jenis
penerimaan yaitu kemampuan memperhatikan dalam memberikan respon terhadap
stimulasi yang tepat. Hasil belajar ini merupakan tingkat palinh rendah pada
domain afektif, (2) Jenis pemberian respon yaitu kemampuan untuk dapat
memberikan respon secara aktif, menjadi peserta yang tertarik. Hasil belajar
ini lebih tinggi dari penerimaan, (3) Jenis penilaian yaitu kemampuan untuk
dapat memberikan penilaian atau pertimbangan dan pentingnya keterkaitan pada
suatu objek kejadian tertentu dengan reaksi seperti menerima, menolak, tidak
menghiraukan, acuh tak acuh. Perilaku tersebut dapat diklasifikasikan menjadi
sikap apresiasi, dan (4) Jenis pengorganisasian yaitu pengembangan nilai suatu
sistem organisasi termasuk menentukan hubungan suatu nilai lain dan kemantapan,
serta prioritas nilai yang dimilikinya, (5) Jenis karakterisasi yaitu
keterpaduan dari semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang telah
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya, disini termasuk nilai dan
karakterisasinya.
c.
Prestasi
Belajar Aspek Psikomotorik
Slameto (1995: 19) mengatakan bahwa “prestasi belajar aspek
psikomotorik adalah perubahan tingkah laku siswa setelah belajar. Aspek
psikomotorik merupakan kemampuan siswa dalam melakukan sesuatu sebagai
implikasi terhadap pembelajaran yang telah diikuti”. Segi psikomotorik meliputi
persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan respons
kompleks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar